KARAWANG, RAKA – Mereka ada di mana-mana, tampilannya biasa saja, tidak seram atau aneh, namun jika para orang tua lengah, sangat berbahaya. Mereka bisa saja bapak tiri, bapak kandung, paman, tetangga, atau pedagang keliling hingga paranormal. Jika sedang kumat, bisa melumat anak-anak di bawah umur dengan sangat kejam dan mematikan. Kapan pun dan dimana pun, bagi mereka tidak peduli berapa tahun umur korban, terpenting nafsu bejat terpuaskan.
Korbannya sudah tidak terhitung. Kondisi fisik dan mentalnya beragam. Ada yang tewas saat dicabuli, hingga dijual. Ada juga yang bertahun-tahun menjadi budak seks sang predator, karena diancam akan dibunuh jika membeberkan prilaku pelaku. Meski ujungnya perbuatan jahanam itu terungkap, setelah sang korban berbadan dua.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Radar Karawang selama enam tahun, kasus kekerasan seksual anak di Kabupaten Karawang mencapai 268 kasus. Korban paling muda adalah bayi berumur 1,5 tahun yang dicabuli hingga tewas. Sedangkan pelaku paling muda berumur 10 tahun dan paling tua berumur 70 tahun berinisial PG bin Pingi. PG mencabuli tetangganya sekitar 10 kali. Modusnya, korban diiming-imingi dengan jajanan. Sementara predator seks yang paling banyak korbannya adalah pelatih sepakbola bernisial OMA, warga Kecamatan Klari. Dia mencabuli 24 anak laki-laki di lingkungan tempat tinggalnya. Modusnya, pelaku mengancam korban jika tidak mau melayani, akan dikeluarkan dari klub sepakbola. Kasus terjadi pada bulan April 2017.
Lain lagi yang dilakukan oleh DS, warga Telukjambe Barat. Dia tega memperkosa anak kandungnya berulang kali hingga hamil. Pemerkosaan itu dilakukan dari tahun 2018 hingga Juni 2019. Bukan hanya itu, lelaki yang kesehariannya bekerja sebagai peminta-minta itu tega menjual anaknya ke sopir truk dengan harga Rp 300 sampai Rp 500 ribu sekali main.
Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Karawang Amid Mulyana mengatakan, orang tua dan masyarakat berperan penting melindungi perempuan dan anak di wilayah Karawang, terutama di kecamatan yang sering terjadi kekerasan seksual seperti Karawang kota. “Korbannya anak-anak. Pelakunya juga anak, kita miris,” ujarnya kepada Radar Karawang.
Pengurus Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Ine Mulyati mengatakan, kasus kekerasan atau pemerkosaan terhadap kaum perempuan memang terus bermunculan. “Selain korbannya mengalami trauma, juga masa depannya hilang,” ujarnya. (psn)