Gaji Guru Honor tak Cukup Penuhi Kebutuhan

PURWAKARTA, RAKA – Bagi Ayi Muhammad Amin, menjadi guru adalah panggilan jiwa. Hal tersebut yang memotivasi dirinya untuk mengabdikan diri sebagai pendidik guna menjadi manusia yang bermanfaat bagi umat.
Pertama berkarir menjadi guru honorer ia lakoni sejak lima tahun lalu terhitung semenjak tahun 2013. Saat ini ia menjadi guru yang juga sebagai kepala sekolah di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) An-Najah.
Soal gaji kecil, dirinya tidak pernah mempersoalkan. Yang terpenting baginya ialah kepuasan dan kebanggaan memberikan pendidikan. “Nominalnya tak terhitung, karena tidak ada hitungannya, tapi kalau dari segi kebanggaan dan kepuasan sungguh tak ternilai harganya, apalagi kalau berhasil mendidik dengan maksimal,” jelasnya.
Ia juga mengatakan, gajinya tidak cukup untuk membiayai sehari-hari, namun dirinya tetap fokus pada profesi yang sedang digelutinya itu. “Kalau dari segi nominal sangat jauh dari kata cukup, tapi saya yakin Allah sudah mengatur rezeki setiap hambanya. Karna sampai saat ini allhamdulilah saya masih istiqomah dengan profesi saat ini,” paparnya.
Ditanya soal pernah mengikuti tes CPNS ia mengatakan, menjadi PNS bukan menjadi sebuah tujuan. “Karna tujuan saya jadi guru dan menjadi kepala sekolah bukan tujuan mengharapkan materi semata, tapi murni pengabdian terhadap negeri dan agama dan rasa keperihatinan terhadap kualitas pendidikan saat ini,” imbuhnya.
Selanjutnya ia mengatakan, menjadi guru bukan hanya sekedar mencoba dan menjajal nasib. “Menjadi guru sudah merupakan bagian dari prinsip hidup saya, prinsip ingin mengabdikan diri pada nusa bangsa dan agama,” bebernya.
Senada dengan Ayi, Riyan Haqi berkomutmen untuk mendedikasikan dirinya berbakti terhadap dunia pendidikan mengawali status sebagai guru honorer di Madrasah Ibtidaiyah Cipulus, Riyan memulai karirinya dari tahun 2014. “Menjadi guru honor sudah mau jalan lima tahun sampai saat ini. Dulu mulai ketika tahun 2014 dan masih konsisten untuk mengabdikan diri di dunia pendidikan,” terang guru bahasa arab tersebut saat berbincang dengan Radar Karawang.
Ia juga mengatakan, untuk pengahsilan yang didapatkan dari hasil menjadi guru tidak cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Namun karena tekadnya untuk menjadi pendidik sangat kuat hal tersebut tak menjadi persoalan. “Untuk awal-awal mengajar hanya diberi gaji Rp200 ribu per bulan, jadi sistemnya tidak per jam atau permata, penghasilan juga dihitung dari masa bakti. Jika masa baktinya sudah lama maka gajinya akan ditambah,” paparnya. (ris)