Kampung Santri, Margakaya Beri Dua Pilihan
TELUKJAMBE BARAT, RAKA – Kecamatan Telukjambe Barat sedang mencari lokasi yang tepat sebagai Kampung Santri, yang merupakan program Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Karawang. Wacana yang beredar, Desa Margakaya menjadi opsi utama lokasi kampung tersebut.
Sekretaris Desa Margakaya Tarya mengatakan, sudah mendengar wacana tersebut dari pihak KUA Telukjambe Barat, namun belum ada pembicaraan resmi dengan Kantor Urusan Agama (KUA) dan kecamatan. “Kalau dari pihak KUA sudah ada obrolan, tapi kan kepala desa juga harus tahu, beliau yang memutuskan,” ungkapnya saat ditemui di kantornya, Selasa (26/11).
Tarya mengatakan, siap jika benar Desa Margakaya akan dijadikan lokasi Kampung Santri. Pihaknya sedang mempertimbangkan lokasi tepat kampung mana yang akan dipilih. Hal itu juga mesti melalui musyawarah dengan pihak-pihak yang terkait, yakni KUA dan Pemerintah Kecamatan Telukjambe Barat.
Saat ini terdapat dua kampung potensial untuk dijadikan Kampung Santri, karena adanya yayasan pesantren. Yakni Badami Timur karena ada Pesantren Al Muhajirin dan Cisalak Utara karena ada Pesantren Darut Taqwa. Dari dua pesantren tersebut, akan dipertimbangkan kualitas kepesantrenannya. “Iya posisi kampung santri kan ruang lingkupnya memang harus ada pesantren, kalau kita sih oke saja mau di Al Muhajirin atau Darut Taqwa,” imbuhnya.
Sejauh ini Desa Margakaya sudah mendapat gambaran dari KUA mengenai Kampung Santri. Namun pihak desa tidak bisa menentukan sendiri. “Insya Allah (anggaran siap), dalam artian kemarin juga pihak donatur sudah ada. Tapi kita jangan terima uang, kita minta bantuan bangunan saja seperti gapura misalnya,” terangnya.
Sehari sebelumnya, Kepala KUA Telukjambe Barat Abdul Karim mengatakan, program Kampug Santri ini mesti ada dukungan dari pemerintah setempat yakni kecamatan dan desa. KUA hanya menyiapkan program, sedangkan jalannya program tergantung kesiapan pihak desa. “Kendalanya sampai sekarang belum ada yang siap. Tapi kita sudah rencanankan lokasinya di Desa Margakaya, nanti kita musyawarahkan lagi dengan desa dan kecamatan,” tuturnya.
Ia menambahkan, lokasi yang dipertimbangkan di Desa Margakaya adalah Kampung Cisalak Utara. Selain karena adanya pesantren, juga karena telah berjalannya program pengajian di kampung tersebut. Menurutnya Kampung Santri bukan berarti non-muslim tidak boleh masuk ke daerah tersebut, melainkan memberdayakan masyarakat dan menciptakan lingkungan sebagaimana karakter di pesantren. “Maksudnya biar masyarakat dapat meniru karakter santri yang hidup guyub dan mandiri. Santri itu sendiri singkatan dari sehat, agamis, nyaman, tertib, rapi dan indah,” pungkasnya. (cr5)