Staf KPA Kabupaten Karawang
Awan Gunawan
KARAWANG, RAKA – Hidup dengan HIV/AIDS bukanlah akhir dari segalanya. Dengan kemajuan ilmu kedokteran dan teknologi, penderita dapat menjalni hidup layaknya orang sehat, tak terkecuali bagi penderita wanita. Lewat perencanaan yang baik, pengidap HIV/AIDS bisa hamil dan melahirkan, serta memiliki anak yang sehat dan bebas dari virus tersebut. Buktinya, sudah ada 10 bayi yang dinyatakan sehat meski lahir dari seorang ibu positif HIV di Kabupaten Karawang. Kabar baik itu disampaikan oleh Staf Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Karawang Awan Gunawan.
Menurut Awan, pencegahan penularan virus HIV dari ibu ke anak, bisa dilakukan sebelum ibu tersebut hamil yaitu dengan pemberian obat agar si calon bayi terhindar dari resiko penularan HIV yang diderita ibunya. Saat dilahirkan, harus melalui operasi caesar. Kemudian setelah lahir, si anak diberikan profilaksis. “Ketika dilahirkan pasti positif. Tapi setelah 18 bulan bisa negatif,” katanya.

Jika diketahui ketika sudah hamil, lanjutnya, juga bisa dilakukan pencegahan melalui cara yang sama. Namun masih ada kemungkinan si bayi akan tertular. “Kemungkinan tertularnya hanya 0,2 persen. Di Daerah lain sudah ada teknologi yang bisa melahirkan melalui cara normal, namun hasilnya si bayi negatif,” ujarnya.
Salah satu dokter kandungan, dokter Antonius Darmawan menyebutkan, bagi pasangan yang positif HIV maupun pasangan yang salah satunya didiagnosa positif HIV bukanlah hal yang mustahil untuk memiliki anak yang sehat. Tentu dengan menjalani hidup sehat, dan rutin minum obat anti-retroviral virus (ARV). Sehingga besar peluang bayi untuk lahir sehat tidak tertular. “Memang penangannya akan berbeda dengan ibu hamil pada umumnya atau yang HIV Negatif. Ada beberapa proses pengobatan yang harus dijalani juga sebelum mengandung. ARV itu adalah salah satunya. Jangan langsung berhubungan seks tanpa kondom. Pasangan harus dicek dulu berapa jumlah kekebalan tubuhnya, virusnya. Ada banyak pengecekan,” jelas dokter Antonius.
Ketika merencanakan kehamilan, ODHA harus berkonsultasi dengan dokter, baik dokter dalam dan dokter kandungan. Dokter akan melakukan tes Cluster Differentiation 4 (CD4) untuk mengontrol jumlah sel darah putih. Orang dengan HIV AIDS (ODHA) dinyatakan sehat bila CD4 lebih dari 350. Selain itu, kondisi ibu juga harus baik, seperti berat badan normal dan tidak ada infeksi penyerta seperti penyakit menular seksual, hepatitis dan infeksi lainnya. Ketika semua kondisi baik, pada saat masa subur ODHA dapat berhubungan badan tanpa menggunakan kondom. Jika salah satu pasangan dinyatakan HIV Negatif, resiko penularannya bisa saja terjadi, meski kemungkinan cukup kecil. Karena sperma atau cairan vagina sudah mengandung virus tersebut. Untuk lebih amannya memang menyuntikkan sperma ke ovarium atau menggunakan sistem bayi tabung. “Ketika yang ODHA adalah si ibu, maka harus menjalani program khusus untuk mencegah bayinya tertular HIV AIDS. Karena si jabang bayi hidup dan berkembang di rahim. Program tersebut dinamakan PMTCT (Preventing Mother to Child Transmission). Ketika berhasil terjadi pembuahan, maka selama kehamilan ia tetap harus minum ARV untuk mengurangi risiko bayi yang dikandung tertular HIV,” terangnya.
Ketika usia kehamilan sudah masuk bulan ke-9, ODHA wanita diminta lagi melakukan pemeriksaan CD4. Jika kondisinya baik dan kekebalan tubuh tinggi, maka si ibu akan diberikan dua pilihan persalinan, bisa secara normal (vaginal) atau caesar. Namun jika kondisinya sedang lemah, maka satu-satunya cara adalah persalinan caesar. Persalinan pada wanita ODHA jelas berbeda dengan wanita sehat lainnya. Proses caesar misalnya, ODHA harus menggunakan peralatan operasi sendiri, mulai dari tempat tidur hingga pisau bedah, yang nantinya tidak boleh digunakan lagi. Ini dilakukan untuk mencegah penularan virus yang terdapat pada darah pasien. “Namun, kalau saran saya adalah menggunakan caesar. Agar bayi juga jauh dari resiko tertular. Dan ibu tidak boleh menyusui, sehingga mau tidak mau diberi susu formula agar HIV dari tubuh ibu tidak masuk ke bayi,” pungkasnya.
Meski didiagnosa HIV/AIDS seumur hidup, ODHA tetap memiliki hak sebagai manusia untuk berkeluarga dan memiliki keturunan tanpa harus menularkan penyakitnya kepada orang lain. (nce/psn/jp)