Uncategorized

Pesantren Latih Kemandirian

HADROH: Anak-anak Ponpes Al Fathimiyah sedang bermain musik hadroh, Senin (2/12). Mereka tidak hanya diberi ilmu agama oleh para ustad, tapi juga diajari hidup mandiri, bertanggung jawab.

TELUKJAMBE TIMUR, RAKA – Pondok pesantren (ponpes) memang tempat yang tepat untuk menimba ilmu agama. Pesantren juga dapat membentuk kepribadian yang positif bagi para santrinya, seperti kemandirian yang selalu diterapkan dalam kehiupan pesantren. Seperti yang diungkapkan oleh Abdurahman Hanif (15) salah satu santri Ponpes Al Fathimiyah Telukjambe Timur. “Jadi lebih mandiri, karena apa-apa sendiri seperti nyuci sendiri,” ungkapnya kepada Radar Karawang, Senin (2/12).

Siswa kelas 10 Madarasah Aliyah ini menceritakan, menjadi santri sejak kelas 7 SMP. Hal itu merupakan keinginannya sendiri untuk mempelajari ilmu agama. Baginya kehidupan di pesantren juga melatih kedisiplinan, karena waktu kegiatan yang terjadwal seperti salat tahajud, mengaji, piket, sekolah setiap harinya. Selama di pesantren yang dia dapat adalah bisa memperlancar baca Alquran, bahkan dia bisa membaca dengan lagam qiroah. “Jadi lebih giat lagi juga, lebih rajin, terutama rajin ibadah,” ujarnya.

Hal sama diungkapkan Arya Arifin (14), yang menceritakan awal masuk pesantren sejak kelas 8 Madrasah Tsanawiyah. Saat kelas 7 dia tidak mondok, tinggal di rumahnya yang memang tidak jauh dari lingkungan pesantren. Di tahun berikutnya, dia mulai mondok agar dapat mandiri. “Meski rumah dekat, tapi saya bisa merasakan hidup seakan jauh dari orang tua,” tuturnya.

Siswa kelas 9 MTs ini berencana akan melanjutkan pesantren sampai menginjak pendidikan yang lebih tinggi yakni madrasah aliyah. Ia merasa senang di pesantren karena dapat mempelajari kitab kuning sedikit demi sedikit. Ipin panggilan akrabnya bercita-cita menjadi kiai. agar dapat mengamalkan ilmu yang dia dapat selam di pesntren. “Di pesantren itu seru, rame pokonya,” tuturnya.

Vian Muhammad Franica (14) juga mengatakan, pilihannya menjadi santri adalah keinginannya sendiri untuk mencari ilmu dan belajar hidup mandiri. Selama dua tahun menjadi santri, dia merasa betah di pesantren karena memiliki banyak teman. Di pesantren juga dia dapat mengikuti kesenian seperti hadroh. Dia sendiri kerap tampil sebagai pemukul bass. “Betah karena rame, di sini banyak teman,” ucapnya. (cr5)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button