Dua Jam yang Melelahkan
Menahan Polusi, Jalan Rusak
TEGALWARU, RAKA – Berkendara di perkotaan pada umumnya hanya akan menghadapi kemacetan, hanya diperlukan kesabaran lebih untuk sampai ke tempat tujuan. Tapi akan berbeda cerita saat kita hendak berkunjung ke Desa Kutamaneuh, salah satu desa terpojok di Kabupaten Karawang yang letaknya berada di Kecamatan Tegalwaru. Selain harus menempuh waktu dua jam dari Kecamatan Purwasari, lalu lintas macet, juga ada empat rintangan lain yang rasanya hanya akan ditemui di sepanjang jalan Karawang kota ke Kutameneuh. Setidaknya begitulah yang dirasakan.
Awal perjalanan menuju Kutamaneuh akan terjebak kemacetan di Jalan Badami. Namun tak perlu terlalu dirisaukan, karena hanya terjadi pada jam masuk kerja atau pulang kerja. Bukan itu rintangan khasnya, melainkan banyaknya kendaraan besar mulai dari truk kendaraan proyek kereta cepat, truk tambang juga truk-truk operasional pabrik-pabrik. Kalau truk membawa muatan, berhati-hatilah saat menyalip karena jalan yang dilalui hanya dua lajur, dan terdapat banyak tikungan. Begitupun saat truk tak membawa beban, tetap berhati-hati karena mereka kerap melaju di atas batas kecepatan.
Rintangan kedua adalah jalan yang retak menyisakan lubang menganga di berapa titik, salah satunya berada di Desa Wanajaya, Kecamatan Telukjambe Barat, sepanjang 200 meter. Namun itu belum seberapa dibandingkan retakan sepanjang kurang lebih 1 kilometer yang berada di Kecamatan Tegalwaru, tepatnya mulai dari depan kantor Desa Kutalangeng, sampai jembatan yang menghubungkan dengan Desa Kutamaneuh. Retakan bukan hanya pada bagian tengah jalan, namun meranting sampai bagian sisi. Tentunya berbahaya apalagi jika menggunakan kendaraan roda dua.
Ketiga, rintangan yang dihadapi adalah kepulan asap hitam dari tungku pembakaran tambang batu kapur yang banyak ditemui di Desa Tamansari, Kecamatan Pangkalan. Pekatnya asap mengganggu jarak pandang pengendara. Hal ini dialami pengendara, dan hanya mampu memandang sejauh 5 meter. Syukur-syukur bila kepulan asap itu terjadi pada jalan lurus, apa jadinya jika kita menerobos kepulan asap tepat saat tikungan, kemungkinannya adalah kendaraan keluar jalur atau menabrak kendaraan yang datang dari arah depan. Selamat pun, kita tak bisa menghadang polusi yang menyelusup ke paru-paru.
Rintangan terakhir hanya akan kita rasakan pada malam hari atau jika cuaca berkabut. Minimnya penerangan jalan. Seorang kenalan baru di Desa Cintalanggeng, Kecamatan Tegalwaru, Andri (24) memaksa ikut menemani saat akan ke Kutamaneuh selepas maghrib. Alasannya, sepanjang jalan dari Cintalanggeng ke Kutamaneuh hanya benderang saat melewati pemukiman, akan berubah gelap gulita saat melewati kawasan hutan. Arah sebaliknya ke Karawang kota nampaknya tak jauh berbeda. Seorang teman lama, Guruh (24) memaksa mengajak menginap semalam di Cintalanggeng. “Nginep weh, daripada maneh balik peuting teu mikeun urang mah (menginap saja, dari pada kamu pulang malam, saya gak kasih izin),” ujarnya. Usut punya usut alasannya karena memang jalan yang gelap. (cr5)