Korban Abrasi Buat Rumah Panggung
SISA BANGUNAN: Seorang ibu di antara puing bangunan yang hancur dihantam gelombang.
CIBUAYA, RAKA – Reruntuhan bangunan rumah menjadi saksi bisu kurangnya perhatian pemerintah terhadap pencegahan abrasi di pesisir pantai Karawang.
Di Dusun Pisangan, Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, puing-puing bangunan terlihat berserakan di bibir pantai dan ditinggalkan penghuninya.
Salah satu warga terdampak abrasi, Isem (56) mengatakan, dirinya terpaksa harus meninggalkan kediamannya yang sudah ditempati selama puluhan tahun, akibat terkikis ombak laut Karawang. Sebelumnya Isem masih bertahan di rumah berukuran 6×9 dengan tiga kamar tidur, meski air laut terus masuk ke rumah. Tapi satu bulan terakhir, dia tinggal di rumah panggung persis di depan rumahnya yang terkena abrasi sekitar 10 meter dari bibir pantai. “Saya tinggal di rumah panggung yang dibangun dari reruntuhan bangunan, tapi air laut masih tetap masuk rumah,” ungkapnya kepada Radar Karawang.
Saat datang gelombang besar dan angin kencang menghantam rumahnya, lanjut Isem, dia nyaris tertimpa reruntuhan bangunan. Hanya saja ada pemulung barang bekas yang menyelamatkan dia dari reruntuhan batu bata. “Bapak (suami) lagi ke Sedari ngambil ikan, saya duduk saja di rumah, gak tau itu batanya roboh,” katanya.
Isem sudah 38 tahun tinggal di bibir pantai dan penuh risko. Beberapa bulan lalu, dia juga menjadi korban kebocoran minyak Pertamina. Namun, belum menerima sepersen pun kompensasi. “Kalau sembako dulu pernah dikasih Pertamina,” katanya.
Dia juga tidak mendapat manfaat bantuan jaminan kesehatan dari pemerintah maupun Program Keluarga Harapan (PKH). Saat tertimpa reruntuhan, dia juga harus menanggung sendiri biaya pengobatan. Padahal kesehariannya hanya mengandalkan dari pendapatan warung kecil yang dikelolanya. “Kalau berobat bayar, belum pernah dikasih BPJS. Jadi harus bayar semalam diinfus satu botol habis Rp850 ribu,” kata Isem yang mengalami patah tulang.
Meski tak mendapat perhatian dari pemerintah, dia masih dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari dari hasil dagang dan pemberian sanak saudaranya. Terkadang, dia harus mengutang agar dapur tetap ngebul. “Saya punya utang ke saudara sekitar Rp25 juta,” katanya.
Sedangkan suami Isem, berprofesi sebagai tukang ojek ikan yang tidak tentu penghasilannya. “Suami punya uang kalau ada pelanggan,” katanya. Yong Lim Supardi, kepala Desa Cemarajaya mengatakan, sekitar 7 kilometer bibir Pantai Cemarajaya terkikis abrasi. Ratusan warga pindah dan membangun tempat tinggal baru. “Ini akibat abrasi yang belum juga ditangani secara menyeluruh. Kalau mengandalkan dana desa, tidak akan cukup,” ujarnya. (mra)