Uncategorized

Musim Tanam Ngaret Dua Bulan

DISKUSI : Petani Cilamaya Wetan dan PJT II seksi Telagasari saat diskusi soal musim tanam yang diundur dua bulan.

CILAMAYA WETAN, RAKA – Musim tanam diundur dua bulan. Hal itu terungkap saat lima kelompok tani di Desa Tegalsari, Kecamatan Cilamaya Wetan gelar diskusi bersama penyuluh pertanian UPTD Pertanian Cilamaya, PSDA dan PJT II seksi Telagasari.

Dikatakan Ketua Gapoktan Sri Mulya Desa Tegalsari Een Haerudin, sebelum melakukan olah tanah, pihaknya selalu menggelar agenda diskusi bersama bersama instansi terkait. Tujuannya, agar para petani memiliki persiapan dan kesiapan untuk meminimalisir kerugian. “Sebelum tanam, kita diskusikan dulu sama PJT, PSDA dan penyuluh pertanian. Supaya usaha tani mulus dan sinkron sesuai arahan mereka. Mulai dari ketersediaan air, varietas padi yang cocok untuk ditanam dan lainnya,” ujarnya di Balai Desa Tegalsari.

Khususnya dalam pembagian golongan air, lanjut Een, dengan adanya informasi penyusutan debit air Waduk Jatiluhur, dalam kesempatan tersebut para petani diimbau agar tidak melakukan tanam sebelum kondisi air pulih. Terkecuali dibantu dengan adanya air hujan. Namun, ia meminta penegasan kapan untuk memulai olah tanah, semai dan pengairannya.

Sementara menurut pihak PSDA Asep Dadang Koswara, sebelum adanya instruksi dari Gubernur Jawa Barat menganai kondisi Waduk Jatiluhur, pihaknya mengimbau agar para petani menunda masa pengolahan tanah. Karena jika petani memaksa pun, ia telah memberikan beberapa keterangan tentang konsekuensinya kepada para petani. “Kita tegaskan agar petani menunda dulu olah tanah, karena pasokan air tidak mendukung. Kalau pun memaksa, kita berikan penjelasan tentang risikonya. Kecuali dibantu dengan air hujan,” ucapnya.

Dalam diskusi ini, lanjut Asep, baik petani maupun pihaknya sepakat untuk menunda masa pengolahan tanah. Karena, ketika petani memaksa olah tanah, sementara pasokan air kurang saat sedang dibutuhkan, akan merugikan petani sendiri. “Itu kita sampaikan, nantinya kalau maksa tanam dan gagal karena kekurangan air, jangan sampai ada salah menyalahkan, karena kita telah memberitahukan kondisinya seperti apa,” tegasnya.

Di tempat yang sama, Kepala Desa Tegalsari Awang Wibisono menerangkan, kesepakatan apapun yang diambil oleh gapoktan melalui diskusi bersama PJT, penyuluh dan PSDA merupakan acuan bagi para petani lainnya.

Meskipun olah tanah mundur dua bulan dari waktu yang telah ditentukan, kata Awang, namun dengan keadaan air yang seperti telah diinformasikan, petani memaksa tanam pun tidak di rasa percuma.

Maka dari itu, pihaknya memfasilitasi para petani untuk melakukan disukusi bersama instansi terkait. “Alhamdulillah petani mengerti dan menunggu tinggal menunggu instruksi saja, walaupun sudah masa paceklik, karena 90% masyarakat di Desa Tegalsari adalah petani, tapi mau bagaimana lagi, karena maksa tanam pun percuma,” pungkasnya. (rok)

Related Articles

Back to top button