1000 Hektare Sawah Organik Disiapkan
PURWAKARTA,RAKA- Pemerintah Kabupaten Purwakarta melalui Dinas Pangan dan Pertanian akan terus mendorong perluasan areal tanam. Pasalnya, potensi perpindahan sawah konvensional ke organik di Purwakarta cukup tinggi dengan salah satu faktor ketersediaan air bersih cukup tersedia.
“Ke depan, akan terus kita kembangkan. Bahkan, targetnya bisa mencapai 1.000 hektare,” ujar Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan, Kamis (11/10).
Di Purwakarta untuk areal pertanian organik yang sudah berjalan mencapai 200 hektare. Tersebar di sejumlah wilayah. Seperti di Kecamatan Pasawahan dan Pondok Salam. “Areal pertanian organik ini cukup potensial. kesadaran petani sudah muncul untuk beralih dari konsep pertanian konvensional ke organik, dikarenakan hasil produksi pertanian organik cukup menggiurkan,” jelasnya.
Dari 17 kecamatan yang ada di Purwakarta, enam kecamatan di antaranya paling potensial mengembangkan pertanian padi organik. Yakni, Kecamatan Kiarapedes, Wanayasa, Bojong, Darangdan, Pondok Salam dan Pasawahan. Alasannya, sumber air di wilayah itu masih alami, keluar dari sumber mata air pegunungan. “Salah satu faktor terpenting mengembangkan pertanian organik ini, yaitu ketersediaan air bersihnya,” ujar Agus.
Air untuk pertanian organik harus bebas dari residu, karena berpengaruh terhadap produksi padi yang dihasilkan. “Jika ini berhasil dikembangkan, maka beras organik bisa jadi produk unggulan Purwakarta, apalagi harga nilai jualnya cukup tinggi,” ujarnya.
Sedangkan menurut Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika, langkah dari Dinas Pangan dan Pertanian ini dalam mengembangkan konsep pertanian organik sangat bagus. Menurut Mojang Purwakarta 1999 ini, Pertanian organik bisa diwujudkan bila kebutuhan untuk menunjangnya terpenuhi. Selain soal air, pupuk, benih padi, dan perlakuannya yang berbeda, perlu diperhatikan juga perlakuan pasca panennya. “Untuk menghasilkan beras organik berkualitas tinggi, kita juga perlu memperhatikan perlakuan pascapanen. Salah satunya, soal tata cara menggiling gabah organiknya,” ujarnya.
Anne beralasan, di Purwakarta belum tersedianya teknologi penggilingan padi berkualitas tinggi, perlu dirumuskan untuk memiliki penggilingan padi dengan teknologi tinggi. “Jika mesin penggilingnya bagus, maka beras yang keluarnya juga berkualitas tinggi. Tidak patah-patah. Ini yang akan menambah poin plus bagi pengembangan beras organik,” ujarnya.
Untuk menunjang pengembangan yang digagas Dinas Pangan dan Pertanian, minimalnya ada lima penggilingan padi berkualitas tinggi. Pihaknya akan memanggil instansi tersebut, untuk membahas soal pengadaan penggilingan padi itu. “Segera kita rumuskan, apalagi ini organik potensinya cukup besar, minimal kita punya lima (penggiliingan modern),” ujarnya. (gan)