HEADLINE

Kerugian Banjir Cilamaya Rp540 Juta

EVAKUASI: Salah seorang perempuan paruh baya dievakuasi dari rumahnya oleh tim SAR. Banjir kedua di Cilamaya Wetan, Jumat (10/1) lebih besar dari sebelumnya dan merendam rumah di 10 desa.

6.278 Rumah Terendam, 697 Warga Mengungsi

CILAMAYA WETAN, RAKA- Cilamaya kembali direndam banjir, ini merupakan kali kedua sepanjang tahun ini air merendam rumah warga. Total ada 20.368 jiwa dan 6.278 rumah yang terendam. Kerugian diperkirakan mencapai 540 juta.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang, Jumat (10/1) desa yang terendam di Cilamaya Wetan diantaranya Cikarang ada 263 jiwa dan 71 rumah terendam. Cikalong ada 588 jiwa dan 196 rumah terendam, Tegalsari 202 jiwa dan 292 rumah, Tegalwaru 4.152 jiwa dan 1.084 rumah, Mekarmaya ada 2.241 jiwa dan 750 rumah, Cilamaya 2.336 jiwa dan 705 rumah, Rawagempol Wetan 742 jiwa dan 204 rumah, Sukatani 612 jiwa dan 204 rumah, Rawagempol Kulon 5.390 jiwa dan 1.546 rumah, Muara 3.842 jiwa dan 1.200 rumah.

Selain itu, ada 16 unit sekoah dan 15 unit masjid serta 690 hektare sawah juga terendam. Total ada 697 warga yang mengungsi ke posko yang sudah disediakan pemerintah. Kerugian akibat banjir kedua ini ditaksir mencapai Rp540.000.000.

Ketua Ikatan Kepala Desa (IKD) Kecamatan Cilamaya Wetan H Udin Abdul Gani mengatakan, keberadaan beberapa sungai di Cilamaya Wetan, seharusnya bisa memberikan banyak manfaat bagi warga. Mulai dari mengairi sawah dan ladang, sarana pembuang air berlebih, bahkan bisa juga di gunakan untuk aktifitas sehari-hari, seperti mencuci dan lainnya.

Namun, keberadaan sungai di Cilamaya Wetan malah banyak membuat warganya menderita. Bagaimana tidak, saat musim kemarau, warga desa yang berada di sepanjang jalur sungai harus mencium aroma busuk limbah. Sedangkan saat ini musim hujan, menyebabkan banjir. “Kemarau bau limbah, musim hujan bikin banjir,” katanya.

Hal itu tak terlepas dari keseriusan pemerintah dalam pengelolaannya. Jika pengelolaan sumber daya alam ini bisa di lakukan secara serius, nampaknya masyarakat pesisir Cilamaya Wetan tidak akan semenderita seperti sekarang ini. Pada umumnya, lanjut Udin, masyarakat pesisir merasa terancam saat datang air rob dari laut. Namun saat ini ancaman bahaya itu datang juga dari aliran sungai. Hampir semua desa di Kecamatan Cilamaya Wetan terendam akibat luapan air dari sungai. “Adanya Sungai Cilamaya hampir tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, justru lebih banyak madharatnya,” ujarnya, Jumat (10/1).

Kecamatan Cilamaya Wetan, Udin menjelaskan, memiliki dua sungai besar yang menjadi saluran pembuang dari Kabupaten Purwakarta, Subang dan Karawang. Diantaranya Sungai Cilamaya dan Sungai Kali Bawah. Bahkan, hampir setiap tahun tidak pernah bebas dari bencana banjir melalui dua sungai tersebut. “Akibat luapan air dua sungai besar ini bukan saja kepada desa yang berada di tepian sungai, tapi hampir ke semua desa di Cilamaya Wetan. Bahkan Desa Rawagempol Wetan pun ikut terdampak,” paparnya.

Sementara itu, Wakil Bupati Kabupaten Karawang Ahmad Zamakshyari mengatakan, persoalan banjir Karawang seluruhnya disebabkan oleh meluapnya sejumlah sungai besar yang melintasi daerah Karawang. “Persoalan banjir Karawang itu semuanya disebabkan oleh meluapnya sungai, di Telukjambe meluapnya Sungai Cibeet, di sini meluapnya Sungai Cilamaya, di tempat lain sama persoalannya meluapnya sungai, hanya citarum saja yang saat ini aman,” katanya saat meninjau banjir di Cilamaya kemarin.

Dia menilai, penyelesaian banjir di Karawang tidak bisa dilakukan hanya oleh pemkab, saja perlu sinergitas dari semua instansi terkait. “Saya sudah menyampaikan kepada pak Gubernur Jabar penyelesaian banjir Karawang butuh sinergitas antara Pemkab Karawang, BBWS dan Pemprov Jabar. Tentunya leadernya adalah gubernur, karena yang mempunyai kewenangan melakukan komunikasi dengan BBWS adalah Gubernur, karena melihat kondisi sungai saat ini banyak yang dangkal, maka sangat penting melakukan pembersihan sampah dan normalisasi sungai,” jelasnya. (rok/asy)

Related Articles

Back to top button