Disnaker Janji Pulangkan Neng Oyah

PURWAKARTA,RAKA – Dinas Tenaga Kerja Purwakarta menanggapi terkait kasus tenaga kerja wanita (TKW) asal Pasawahan, yang mendapat perlakuan tak mengenakan di Arab Saudi.
Kabid Penempatan Tenaga Kerja Disnakertrans Purwakarta, Tuti Gantini mengatakan, pihaknya belum mendapatkan laporan terkait kasus tersebut. Menurutnya, jika Neng Oyah Aifah (43) TKW Purwakarta tersebut ingin pulang ke Indonesia semestinya keluarganya datang langsung ke Disnakertrans Purwakarta yang berada di Jalan Veteran, Ciseureuh. “Kami belum dapatkan laporan. Keluarganya suruh datang saja ke kantor Disnaker dengan membawa dokumen-dokumennya,” ujar Tuti melalui sambungan selulernya, Rabu (15/1).
Ketika disinggung terkait status Neng Oyah yang bekerja sebagai tenaga kerja wanita di luar negeri, Tuti menyebut statusnya ilegal. Karena penempatan kerja tak ada lagi yang di timur tengah salahsatunya Arab Saudi. “Itu (Neng Oyah) ilegal. Jadi, keluarganya itu jangan berkoar di media sosial. Tapi, datang saja keluarga korban ke Disnaker biar kami selesaikan proses-prosesnya melalui koordinasi dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan kementerian terkait agar cepat dipulangkan,” katanya.
Tuti juga menambahkan, perusahaan yang memberangkatkan Neng Oyah ke Arab Saudi merupakan PT yang ilegal. “Itu teh TKW ilegal ketahuan dari agennya yang ilegal. Sebab, kami sudah gak ada visa ke luar negeri terutama Arab Saudi atau Timur Tengah. Tapi, tetap kami bantu untuk memulangkannya. Kami mana tahu jika tak ada laporan,” ujarnya.
Sementara, anak kedua Neng Oyah dari suami Wahyudin (46), Isna Nurrohmah menungkapkan awal mula ibundanya pergi ke Arab Saudi saat itu dirinya masih duduk di bangku SMP. Masalah ekonomi menjadi salah satu faktor yang mendorong ibundanya memilih bekerja di negeri orang. “Ya sedih (mamah ke Arab Saudi) karena aku gak diajak. Aku ingin mamah cepat pulang dan ada di rumah. Sudah jangan mikirin biaya sekolah aku dan adik-adik lagi. Aku gak butuh kemewahan, gak butuh uang banyak, cukup mamah bisa di sini dan bahagia lagi di sini bersama keluarga,” ujar Isna, Rabu (15/1).
Tak hanya untuk menyekolahkan anak-anaknya, Isna juga menyebut alasan lain ibundanya pergi ke Arab Saudi, karena keluarganya memiliki banyak hutang. “Bapak mengizinkan mamah ke Arab Saudi dengan catatan mamah tak boleh jadi pembantu. Akhirnya mamah kan pertama ke sana bekerja di salon. Mamah nyaman saat itu kerja di salon, tapi setelah pulang ke Indonesia dan balik lagi ke sana justru diambil oleh teman majikannya dan tak bekerja di salon lagi sehingga mulai ada masalah,” ujarnya.
Majikan Neng Oyah, lanjut Isna, sebenarnya akan memulangkan Neng Oyah ke Indonesia seminggu lagi, tetapi tiga orang temannya melarikan diri dan Neng Oyah difitnah menjadi pemicunya. “Jadi mamah itu sekarang diawasi polisi di sana. Kalau telponan (komunikasi) sering dan lancar-lancar saja komunikasi mah,” ujarnya.
Isna juga menjelaskan, bahwa ibundanya sering mengirimkan uang kepada keluarganya yang ada di Purwakarta dengan nominal yang berbeda-beda. “Ya kirim uang kalau kami sedang butuh saja ada Rp2 juta, Rp3 juta, atau Rp5 juta. Uang itu biasanya digunakan untuk uang kuliah saya. Jadi sebutuhnya berapa baru mengirim,” ujar Isna yang juga mahasiswi jurusan IT semester 3, kampus LP3I dan seraya menyebut bapaknya saat ini bekerja di Jakarta sebagai pegawai sablon di perusahaan konveksi. (gan)