Uncategorized

Tukang Eret Perahu Jadi Pengangguran

MENUNGGU PELANGGAN: Tiga orang tukang eret perahu sedang menunggu pelanggan yang ingin melintasi Sungai Citarum, Rabu (22/1). Sejak jembatan penghubung Karawang-Bekasi bisa digunakan, jumlah pengguna jasa perahu ereten semakin seret.

Jembatan Karawang-Bekasi Sudah Bisa Digunakan

RENGASDENGKLOK, RAKA – Tinggal menghitung hari jembatan baru penghubung Karawang-Bekasi akan diresmikan. Itu artinya, tukang eret perahu bakal jadi pengangguran. Karena sebelum jembatan itu diresmikan, pengendara motor dan mobil kini sudah mulai menggunakan jembatan tersebut untuk menyeberangi Sungai Citarum.

Informasi yang dihimpun, rencananya jembatan baru Rengasdengklok-Pebayuran itu akan diresmikan hari Sabtu (25/1). Disampaing jembatan baru mulai beroperasi, di sisi lain tukang eret perahu yang tak jauh dari jembatan itu harus kehilangan mata pencaharian. Musa Latif (41) warga Bojongjaya, Kecamatan Pebayuran, mengatakan, jembatan penghubung Karawang-Bekasi itu sudah digunakan sejak kemarin sekitar pukul 13.00 WIB. Warga pun sudah mulai berangsur-angsur meninggalkan perahu eretan. “Sekarang sudah sepi gak ada lagi yang naik perahu, paling ada juga yang belum tahu kalau jembatan baru udah bisa dipakai,” jelasnya kepada Radar Karawang, Rabu (22/1).

Tak menutup kemungkinan setelah jembatan itu diresmikan, lanjut Musa, dirinya tidak akan memiliki penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari. Musa meminta pemerintah agar memberikan kompensasi terhadap tukang eret perahu. Pasalnya dengan keberadaan jembatan itu, secara tidak langsung sudah memutus penghasilan mereka. “Saya ingin kebijakan dari pemerintah saja untuk memberikan uang kompensasi, kalau dikasih uang bisa buat usaha lain,” katanya.

Hal serupa dikatakan Nana (30) warga Bojong Tugu, Desa Rengasdengklok Selatan. Dia berharap pemerintah memperhatikan tukang eret perahu yang kena dampak hilangnya pendapatan sehari-hari, karena ada jembatan baru. “Gak tahu mau kerja apa kalau sudah sepi gini, mau dagang juga gak punya modalnya,” ujarnya.

Acep Halimi (31) tukang eret perahu Pebayuran-Rengasdengklok, mengaku tidak ada yang salah dari pembangunan jembatan baru tersebut, karena untuk kepentingan masyarakat banyak. Kata Acep, tentu pemerintahan juga harus memperhatikan tukang eret perahu karena penghasilannya turun drastis. “Biasanya setiap hari dapat Rp1 juta sampai Rp2 juta, terus dibagi enam orang. Sekarang cuma dapat Rp100 ribu juga masih kurang,” pungkasnya. (mra)

Related Articles

Back to top button