Membudayakan Literasi di Jalanan
ASYIK MEMBACA: Sejumlah warga Karawang asyik membaca buku yang disediakan pegiat Perpustakaan Jalanan Karawang di kolong jembatan Karawang Barat, kemarin.
KARAWANG, RAKA – Menjelang pukul empat sore di taman kolong fly over Bypass, serorang pemuda turun dari sepeda motornya memangku sekarton kardus yang nampak berat, dan menggendong tas ransel di punggungnya. Tak berapa lama muncul pemuda-pemudi lainnya dengan bawaan yang sama. Setelah saling bertegur sapa, segera mereka menggelar spanduk bekas, ransel dan dus pun dibuka, yang ternyata isinya adalah berbagai macam buku kemudian mereka susun di atas terpal.
Mereka adalah para pegiat literasi yang tergabung dalam komunitas Perpustakaan Jalanan Karawang, yang terbentuk sejak akhir tahun 2016 lalu. Sudah menjadi kebiasaan, setiap Rabu mereka melapak buku, memberi kesempatan kepada siapapun yang datang untuk membaca. Barangkali ada sekitar 100 buku yang mereka bawa sore itu, sebagian besar merupakan koleksi pribadi para pegiat, sebagiannya lagi sumbangan dari berbagai donatur. “Kalau dari kita kebanyakan karya sastra seperti puisi, novel, cerita pendek, cuma yang biasa dikasih sama penyumbang dari luar itu ada buku dakwah, buku-buku tips dan trik, terus buku-buku anak juga ada,” ucap salah satu pegiat, Ilham Maulana (22) kepada Radar Karawang, Rabu (22/1).
Selain rutin melapak buku, beberapa kegiatan literasi lainnya juga kerap mereka lakukan seperti bedah buku, diskusi sastra, dan kelas menulis. Mereka juga sempat membuat buletin sastra yang berisi resensi buku, dan kumpulan karya sastra para pegiat literasi. Sampai saat ini buletin tersebut sudah mencapai edisi ketiga, masing-masing berjudul Awal, Singgah, dan Bagai. “Kemungkinan nanti kita akan pindah melapak di Lapang Karangpawitan, soalnya pertama kali emang di sana, kemarin kan direnovasi dulu,” terangnya.
Secara pribadi Ilham memandang hadirnya perpustakaan jalananan Karawang ini untuk memperkenalkan koleksi buku pribadi kepada orang lain, yang bisa saja menyukai buku tersebut namun belum sempat membacanya. “Saat membaca itu barangkali mereka mendapatkan keasyikan yang sama dengan kita,” tuturnya.
Membaca tentunya memberi jangkauan sudut pandang yang lebih dalam memandang sesuatu, sebab dengan membacalah wawasan akan bertambah. Ilham mengatakan, orang yang banyak membaca berbagai karya tidak akan kaget dengan segala perbedaan di Indonesia. Pelajaran dari Ilham, membaca dapat membersihkan hati. Sebab dalam setiap karya tulis ada suatu amanat yang disampaikan kepada pembaca. “Dan amanat yang disampaikan itu seringkali kan soal kebajikan, soal dimana orang-orang bisa tetap baik di situasi penuh dengan tokoh antagonis, atau juga dihadapkan keadaan yang menekan,” tuturnya.
Pegiat lainnya, Ilman Tawabi (23) menyadari bahwa membaca buku itu selain mendapat hiburan juga mendapat hiburan. Ia tak ingin merasakan itu sendirian, karena itulah dia bergabung dengan Perpustakaan Jalanan Karawang agar koleksi buku pribadinya juga lebih bermanfaat. “Kalau ingin kokoh membaca, ikutilah komunitas yang bergeak dalam hal tersebut, kalau baca sendiri itu belum ada narasi-narasi lain untuk bertukar pikiran dengan orang lain,” ucapnya.
Sementara itu, Dina Husnul Maria (20) mengaku baru akhir tahun 2019 lalu menjadi pegiat Perpustakaan Jalanan Karawang. Berawal sekadar mampir, dia merasa asik dengan kehadiran anak-anak kecil yang ikut membaca di lapak tersebut. Dikatakannya bermain dan bercengkrama dengan anak-anak kecuil memang suatu keasyikan tersendiri baginya. “Nggak semua orang senang baca di dalam ruangan, ini bisa menjadi alternatif menurut aku, suasana baru untuk membaca, semoga Perpustakaan Jalanan Karawang ini bisa menarik masyarakat untuk membaca,” tutupnya. (cr5)