Uncategorized

Keluar Masuk Hutan Demi Mengobati Masyarakat

PURWASARI, RAKA – Menjalani profesi sebagai dokter adalah tanggung jawab yang berat. Tak hanya tanggung jawab besar yang wajib dimiliki, namun seorang dokter juga harus memiliki mental baja. Karena sering kali mereka ditugasi di tempat yang sulit diakses.

Seperti yang dialami oleh kepala Puskesmas Pembantu Sukasari, Kecamatan Purwasari, yang memiliki nama lengkap Sanusi. Dia tidak sungkan menceritakan suka duka selama menjalankan tugas.
“Dulu awal menjadi petugas kesehatan waktu tahun 1998, waktu saya masih usia 20 tahun,” ucapnya kepada Radar Karawang, Rabu (5/2)

Ia mengungkapkan, diawal menjadi petugas kesehatan, dia menjadi petugas Pos Kesehatan Desa Tegallega, Kecamatan Ciampel, dimana dia harus menjelajahi lingkungan yang masih hutan dan pegunungan. “Sampai saat ini perjuangan itu masih terasa, dengan jiwa muda, saya menelusuri salah satu desa yang memang sangat lekat dengan perhutanan, demi menjalankan tugas saya untuk menjamin kesehatan warga,” tambahnya.

Ia mengaku, banyak hal yang dia alami selama menjadi petugas. Pasalnya pada waktu itu Desa Tegallega menjadi desa tertinggal, dimana fasilitas kesehatan sangat serba kekurangan. Aktifitas buang air kecil dan besar dilakukan di hutan tanpa memikirkan keselamatan. “Karena dulu tidak ada wc atau kloset, sampai akhirnya saya juga terpaksa melakukan aktivitas buang air besar dan kecil di hutan yang memang masih banyak binatang buas,” akunya.

Menurutnya kondisi hutan dan pegunungan membuat jalan akan lebih sulit saat hujan turun, bahkan dalam satu tahun hanya enam bulan dapat dia tempuh dengan menggunakan sepeda motor. “Karena kalau hujan tidak pakai motor, makannya enam bulan jalan, enam bulan pakai motor, dengan membawa peralatan medis saya,” katanya.

Masih dikatakannya, perjuangannya tidak sampau disitu, untuk menumbuhkan kesadaran warga, dia menabung dari sisa upah bulanannya untuk membuat salah satu kamar mandi yang dilengkapi dengan wc dan bak mandi. Hal itu bertujuan untuk memberikan contoh, serta menanamkan kesadaran warga dalam menjaga kesehatan. “Dulu upah saya Rp50 ribu satu bulan, selama beberapa bulan saya tabung untuk membuat wc, dan itu terealisasi sampai akhirnya warga dapat menggunakan fasilitas itu,” katanya.

Ia mengatakan, saat itu juga sempat mengajak warga binaannya untuk berkunjung ke perkotaan di wilayah Karawang, untuk menjadikan studi banding bagi para warga. “Terakhir saya bertugas, dulu sudah banyak warga yang membuat wc, saya kira perjuangan saya cukup berhasil dengan menumbuhkan semangat para warga dalam menjaga kesehatannya,” katanya.

Ia berharap perjuangan suka dukanya tersebut dapat memberikan contoh, serta motivasi untuk petugas kesehatan lainnya agar terus berjuang meningkatkan kesehatan masyrakat yang lebih baik lagi. “Jangan pernah menyerah, posisikan bahwa kita seorang ksatria untuk menjadikan bangsa ini menjadi lebih baik lagi, yaitu dengan dimulai dari kualitas kesehatan warga,” pungkasnya. (mal)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button