Pagi Sekolah Siang Belajar Ngaji
PERSIAPAN SALAT ASAR: Santri Mandalla Khaoir bersiap salat Asar berjamaah.
RENGASDENGKLOK, RAKA – Pondok pesantren dikenal sebagai tempat menimba ilmu agama, tapi bukan berarti mereka yang belajar di pondok pesantren tidak peduli pengetahuan di sekolah umum.
Muhamad Rizki santri Pondok Pesantren Mandalla Khair misalnya, meski dirinya sehari-hari harus bergelut dengan hafalan Alquran dan mengaji kitab kuning, namun dia juga harus belajar tentang pengetahuan umum di sekolah. Hampir satu tahun ini Rizki mulai belajar dan menghafal ayat-ayat Alquran di Pondok Pesantren Mandalla Khair Yayasan Al Muawanah, Dusun Cikangkung Barat II, RT 12 RW 02 Desa Rengasdengklok Utara. Rizki memilih pesantren sambil sekolah, disamping ingin memahami ilmu agama juga tidak mau ketinggalan dengan ilmu pengetahuan umum lainnya. “Setiap pagi sekolah, pulang sekolah siap-siap salat Ashar berjamaah di pondok, terus ikut taklim di masjid,” jelasnya, kepada Radar Karawang, Selasa (18/2).
Untuk saat ini, tinggal di pesantren bukanlah perkara mudah, butuh kesabaran dan niat yang kuat, apalagi untuk kalangan pelajar SMP ataupun SMA. Karena untuk usia belasan tahun ini kebanyakan anak-anak lebih menggunakan waktu untuk nongkrong sehingga tidak sedikit yang terbawa arus pergaulan negatif. “Dibanding kita harus ikut-ikutan nongkrong di jalan, lebih baik memanfaatkan waktu buat ngaji atau menghafal,” tutur Rizki, pelajar kelas XI madrasah aliyah.
Tono (20), santri Mandalla Khair lainnya menambahkan, usai menyelesaiikan sekolah di salah satu SMK di Pakisjaya, dirinya lanjut bekerja, dan tiba-tiba muncul dipikirkan Tono untuk mengurungkan niatnya menimba ilmu agama. “Saya ingin bisa ngaji, karena memang sebelumnya gak bisa ngaji sama sekali,” ujar pria warga Pakisjaya ini.
Hidup jauh dengan keluarga tidak membuat Tono bersedih, malah tidak kurang dari dua bulan ini dia baru pulang satu kali. Kata dia selama di pesantren banyak menghabiskan waktu dengan yang bermanfaat. “Kalau di sini salat lima waktu sering berjamaah, tapi kalau di rumah paling jamaahnya Magrib sama Isya aja,” katanya.
Pimpinan Pondok Pesantren Mandalla Khair Yayasan Al Muawanah Iskandar Sulaiman mengatakan, saat ini Ponpes Mandalla Khair belum memiliki lembaga sekolah di dalam pesantren. Sehingga tidak sedikit santri Mandalla Khair yang sekolah ke luar seperti aliyah, SMK maupun SMP. Sulaiman mengaku, meski di Ponpes Mandalla Khair ini lebih dititikberatkan kepada hafalan Alquran tapi tidak mengenyampingkan belajar fikih mauapun tauhid.
Dia berharap ketika mereka lulus dari pesantren, dan ketika mereka sudah memahami ilmu-ilmu dasar keislaman serta prkatik-praktik ibadah pokok, kemudian bisa hafal Alquran untuk meneruskan belajar ke tingkat selanjutnya. “Jadi jangan sampai berhenti sampai sini melainkan terus melanjutkan untuk memahami tafsir hadits, makanya kita arahakan untuk lulusan pesantren ini untuk melanjutkan, apakah ke pesantren lanjutan atau kuliah dibidang seusai yang mereka kuasai,” pungkasnya. (mra)