Uncategorized

DTA Nurul Huda Hancur

TEMPURAN, RAKA – Keberadaan Diniyah Taklimiyah Awaliyah (DTA) masih dipandang sebelah mata oleh Pemerintah Kabupaten Karawang. Kementerian Agama mencatat, ada sekitar 25 persen dari total 1050 bangunan DTA di Karawang rusak. Jika dibiarkan khawatir tiba-tiba ambruk. Seperti yang dialami DTA Nurul Huda, Desa Purwajaya, Kecamatan Tempuran.

Kepala Kemenag Karawang Sophian mengaku prihatin. Karena di era saat ini masih ada potret madrasah rusak bahkan ambruk. “Bukan apa-apa, hal ini tentu terjadi karena madrasah DTA ini kepemilikan adalah dari dan untuk masyarakat,” ungkapnya di sela-sela pemberian bantuan tunai untuk rehabilitasi DTA Nurul Huda di Tempuran, Rabu (17/10) kemarin.

Ia melanjutkan, DTA Nurul Huda menjadi satu potret sisi lain DTA yang ada di Karawang. Sebab, dari 1050 yang tersebar di 30 kecamatan, bangunan DTA kurang lebih sama kerusakannya seperti di Nurul Huda. “Saya titip lembaga-lembaga pendidikan agama ini kepada KUA setempat, untuk selalu sigap melaporkan kondisi DTA dan juga MI, MTs dan MA yang ada di Karawang,” ujarnya.

Apalagi, kata Sophian, DTA tidak seperti madrasah atau sekolah negeri yang setiap lima tahun sekali dapat bantuan rehabilitasi dari pemerintah. Karena DTA ini murni dari masyarakat, bahkan dibangun juga kebanyakan di tahun-tahun yang sudah lawas. “Kita prihatin. Sebab sekarang ini ternyata masih ada madrasah ambruk,” katanya.

Sophian mengaku miris melihat DTA Nurul Huda. Selain siswanya harus belajar di musala, lembaga yang juga menaungi TPQ ini harus bersabar menanti rehabilitasi bangunan dua rombongan belajar, yang kabarnya sudah dikosongkan satu semester terakhir. Karenanya, Kemenag memberikan stimulan bantuan langsung tunai kepada DTA Rp50 juta. “Tentu ini tidak cukup. Ini bisa jadi pemancing untuk tambahan dari sumber lainnya, baik dari dana aspirasi, PUPR maupun bagian Kesra Karawang,” tuturnya

Guru DTA Nurul Huda Tata Unaya mengatakan, madrasah DTA sangat mengapresiasi kesigapan Kemenag yang sudah memberikan bantuan untuk rehabilitasi, pada bangunan yang dihuni 61 siswa dan 30an siswa dari Pulogebang. Sebab, DTA ini adalah lembaga induk yang tua dan sudah punya nomor statistik. Didirikan 1976, DTA gabungan bersama TPQ ini pernah direhab tahun 1998, itupun terus perbaikan. Namun material yang lapuk dimakan usia, sudah tidak bisa menahan daya berat bangunan. “Bangunan ini memang dikosongkan selama satu semester ini. Siswa belajar di musala sementara,” katanya. (rud)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button