Jadi Sopir Ambulans Harus Berani
Komarudin
RENGASDENGKLOK, RAKA – Ambulans yang sedang membawa pasien dengan kondisi darurat, kerap tak dipedulikan oleh pengguna jalan lainnya. Padahal ambulans merupakan kendaraan yang layak didahulukan dari pada kendaraan umum lain.
Sopir ambulans Desa Rengasdengklok Selatan Komarudin (30) mengaku jengkel atas pengendara lain yang tidak mau mengalah dengan mobil ambulans yang sedang mengantarkan pasien ke rumah sakit, apalagi saat kondisi pasien sudah mulai drop. “Alhamdulillah kalau pasien sampai meninggal di dalam mobil saya belum pernah ngalamin,” jelasnya, kepada Radar Karawang, Minggu (1/3).
Meski tak sedikit yang sadar akan fungsi ambulans di jalan umum walaupun serine terus berbunyi, warga Bojongkarya I, Desa Rengasdengklok Selatan ini belum pernah mengalami kejadian yang tidak diinginkan seperti tabrakan, bahkan nyenggol sedikit pun dia belum merasakan. Selain membawa pasien ke Jakarta, Bandung, dan Tasikmalaya menggunakan ambulans milik Desa Rengasdengklok Selatan, Komarudin lebih sering mengantarkan pasien kondisi darurat tersebut ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karawang. “Dari rumah warga di Rengasdengklok ke rumah sakit umum, kalau benar-benar emergency paling 28 menit,” ucapnya.
Menjadi seorang sopir ambulans diperlukan keberanian yang tinggi dan kemampuan untuk mengendalikan mobil di saat jalan macet, karena yang berada di dalam mobil itu kondisi pasien yang sudah darurat, dan taruhannya itu nyawa. Selain membutuhkan keberanian di jalan, juga harus berani saat membawa jenazah, pasalnya ambulans ini bukan hanya membawa pasien dalam kondisi darurat. “Kalau bawa pasien darurat atau emergency disitu kita harus berani, karena kita harus ngejar waktu apalagi kalau pasien sudah parah,” pungkasnya. (mra)