Usai Banjir, Warga Dengklok Khawatir DBD

BERSIH-BERSIH: Warga Dengklok Utara mulai membersihkan rumah mereka setelah terendam banjir. Meski banjir sudah surut, mereka khawatir bakal ada penyakit yang ditimbulkan setelahnya seperi DBD.
RENGASDENGKLOK, RAKA – Setelah banjir melanda wilayah Rengasdengklok membuat warga Dusun Kalijaya II, Desa Rengasdengklok Utara dirundung kehawatiran akan penyakit demam berdarah dengue (DBD).
Setelah banjir besar sampai ketinggian pinggang orang dewasa, kini perlahan sudah mulai surut, namun masih ada beberapa rumah warga yang masih digenangi air. Hal tersebut membuat Wulan (41), warga Dusun Kalijaya II RT 06 RW 07, Desa Rengasdengklok Utara menjadi takut akan keberadaan nyamuk yang mematikan. “Namanya bekas banjir kaya gini kita khawatir ada nyamuk DBD itu, soalnya air sisa banjir kemarin aja masih belum surut,” jelasnya, kepada Radar Karawang, Jumat (6/3).
Genangan air menjadi tempat yang disukai nyamuk untuk berkembang biak, tak menutup kemungkinan genangan air yang masih ada di belakang rumah Wulan pun menjadi sarang nyamuk berbahaya itu. Namun, kata Wulan, dirinya kebingungan bagaimana cara air di belakang rumahnya itu cepat surut, sementara tidak ada drainase atau tempat pembuangan air. “Biasanya kalau di sini surutnya terakhir, soalnya air dari mana-mana itu ngalirnya ke sini,” kata Wulan, yang masih tinggal di tenda pengungsian.
Tak hanya nyamuk aedes aegypti, warga juga diresahkan dengan adanya binatang liar. Atum (60), warga Dusun Kalijaya II RT 06 RW 07, dirinya menemukan empat ular saat membersihkan rumahnya. “Tadi pas bersih-bersih ada ular lumayan ada sebesar jempol kaki,” ujarnya.
Tak sedikit korban banjir yang mengalami penyakit gatal-gatal, namun penyakit pada kulit itu sudah menjadi hal biasa bagi Rina (43), dirinya mengaku sejak adanya banjir ini sudah mengalami penyakit gatal. “Alhamdulillah udah berobat ke puskesmas, kemarin aja sakit meriang juga,” katanya, yang masih tinggal dipengungsian.
Ridwan Kasubag TU Puskesmas Rengasdengklok, meminta agar aparat pemerintah bergerak dan melakukan pelaporan ke puskesmas, paling tidak untuk dilakukan fogging dan pembagian abate untuk mencegah terjadi adanya nyamuk aedes aegypti. Hal itu juga dilakukan untuk membunuh nyamuk dewasa dan larva. “Biasanya RT, RW pemerintah desa atau kelurahan melakukan pelaporan ke puskesmas untuk titik mana saja misalnya yang genangan airnya tidak mengalir,” ucapnya.
Sementara untuk antisipasi berkembang biaknya nyamuk aedes aegypti, Ridwan berharap agar masyarakat melakukan gerakan 4 M plus yaitu menguras, mengubur, menutup, memantau tempat yang rentan berkembang biaknya nyamuk. “Untuk genangan air di area luas, aparatur desa harus melepas ikan atau tumbuhan air seperti eceng gondok, karena itu meminimalisir berkembang biaknya nyamuk,” pungkasnya. (mra)