KARAWANG

Sebulan 300 Orang Daftar TKW

DAFTAR TKW: Kantor Disnakertrans setiap harinya selalu didatangi calon TKW yang akan bekerja ke luar negeri. Faktor utama mereka bekerja ke luar negeri, karena kesulitan mendapat pekerjaan di Karawang.

Kesulitan Ekonomi Faktor Utama Bekerja ke Luar Negeri

KARAWANG, RAKA – Menjadi Tenaga Kerja Indonesi (TKI) seolah menjadi pilihan bagi masyarakat Karawang. Kebutuhan ekonomi menjadi faktor utama para calon TKI ini berniat dan bertekad untuk mengadu nasib di luar negeri.

Banyaknya kasus yang terjadi terhadap TKI belakangan ini, tak membuat mereka takut dan mengurungkan niat untuk merantau ke negeri orang. “Tidak takut. Karena saya sudah niat ingin bikin rumah,” ucap Siti Jubaedah (29), yang tengah mendaftarkan diri sebagai TKI di Disnakertrans Karawang.

Seorang janda yang memiliki satu anak itu mengaku, niatnya untuk menjadi seorang TKW di luar negeri lantaran sulitnya mendapatkan pekerjaan di kampung halamannya. Terlebih dirinya hanya memiliki ijazah SMP yang menurutnya tidak mungkin bisa bekerja di perusahaan yang ada di Karawang. “Saya ingin membahagiakan anak. Kalau ke pabrik sudah tidak mungkin,” ungkap perempuan asal Tirtajaya itu.

Calon TKW lainnya, Wiwin Maryani (28), ia yang hanya memiliki ijazah SD itu mengaku sudah bertekad untuk bekerja sebagai TKW di luar negeri. Dia juga sudah mendapatkan izin dari suaminya untuk bekerja di sana. “Sudah diizinkan. Saya ingin bikin rumah tapi ekonomi sulit,” ujarnya.

Kasi Penempatan dalam dan luar negeri I Junaedi mengatakan, setiap hari selalu ada calon TKI yang mendaftar ke Disnakertrans Karawang. Selama satu bulan terakhir kurang lebih sudah tercatat 300 warga Karawang yang daftar untuk menjadi tenaga kerja di luar negeri. Sementara pada tahun 2019 lalu, pihaknya mencatat ada 3.514 yang berangkat dan ditempatkan sebagai pembantu rumah tangga di Asia Fasifik. “Setiap hari ada 10 orang kalau dirata-ratakan. diberangkatkannya ke Taiwan, Malaysia, Singapura, Hongkong, Brunei Darusalam. Karena sejak 2015 tidak bisa memberangkatkan ke Timur Tengah,” ujarnya.

Berdasarkan data pada tahun 2019, kata dia, dari 3.514 TKI yang diberangkatkan, 80 persen diantaranya perempuan yang berstatus janda. Jika keberangkatan diurus melalui prosedur yang ada, maka tidak khawatir terjadi kasus yang tidak diinginkan. Sebab sebelumnya ada kontrak kesepakatan dengan PT yang memberangkatkan. Ia juga mengatakan, selain surat izin dari keluarga beserta keterangan dari pemerintah desa, syarat mutlak bagi para calon TKI ialah usia minimal juga harus bisa membaca dan menulis. “Kalau tidak ada izin dari suami atau orang tua, kami tidak merekomendasikan. Syarat mutlak jangan buta huruf,” imbuhnya.

Junaedi juga menuturkan, karena faktor sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan, selain masyarakat yang memiliki ijazah SD dan SMP. Tak jarang juga ada masyarakat dengan lulusan S1 menginginkan untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga. “Lulusan kebidanan juga ada,” pungkasnya. (nce)

Related Articles

Back to top button