KARAWANG, RAKA – Kejahatan bisa terjadi dimana saja. Begitu pun pelakunya, bisa siapa saja. Termasuk orang yang paling dekat dengan anak.
Melihat itu, para orangtua harus ekstra waspada terhadap orang-orang di sekeliling anaknya. Karena jika lengah sedikit, bukan tidak mungkin si anak jadi korban keganasan predator seks.
Berdasarkan data dari Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Karawang, dalam jangka waktu enam bulan, sudah terjadi 23 kasus pencabulan. Korbannya dari mulai anak SD, ABG SMP hingga remaja SMA.
Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Karawang Amid Mulyana mengatakan orang tua dan masyarakat berperan penting melindungi perempuan dan anak di wilayah Karawang, terutama di kecamatan yang sering terjadi kekerasan seksual seperti Karawang kota. “Korbannya anak-anak. Pelakunya juga anak, kita miris,” ujarnya kepada Radar Karawang.
Menurutnya, kekerasan seksual terhadap anak-anak masih mendominasi di tahun 2017, yaitu 16 kasus. Sedangkan kekerasan fisik 12 kasus, kekerasan psikis 5 kasus. Sementara penelantaran 12 kasus. “Sepuluh anak perempuan dan dua lelaki mengalami kekerasan seksual dari bulan Januari hingga Agustus 2018,” katanya.
Melihat jumlah korban kejahatan seksual, sudah seharusnya para orangtua terutama ibu-ibu di wilayah kota ekstra waspada. Karena kompleksitas kehidupan masyarakat kota begitu dinamis. Aisah (32) warga Kelurahan Karangpawitan, Kecamatan Karawang Barat, mengaku setelah mendengar banyak anak-anak jadi korban pencabulan, lebih ekstra waspada memperhatikan anaknya. “Anak saya baru berusia empat tahun. Jadi khawatir,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, selain orangtua, masyarakat, dan pemerintah serta aparat hukum harus terlibat mengatasi persoalan ini. Jika hanya orangtua saja, kemungkinan akan sulit untuk menekan kasus pencabulan. “Kami juga kadang-kadang ada keperluan, sehingga terpaksa meninggalkan anak dengan saudara. Kalau masyarakat peduli, mungkin para penjahat seks itu gak akan berani,” katanya. (apk/psn)
