Mahasiswa Unsika Sidang Komprehensif Secara Daring
KARAWANG, RAKA – Pandemi corona yang belum berakhit membuat mahasiswa mesti menjalalankan proses perkuliahan dari rumah, tak terkecuali sidang komprehensif bagi mahasiswa semester akhir. Seperti halnya yang baru saja dilaksanakan oleh para mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) Unsika. Sidang yang menjadi salah satu syarat kelulusan tersebut dilakukan secara daring, Sabtu (16/5).
Mahasiswa Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Unsika Deska Panca Meliani (22) mengaku, tetap tegang meskipun sebenarnya tidak bertatap muka langsung melainkan hanya melalui gawai. Bukan hanya siap perkara mental, sidang daring juga mesti siap perangkat pendukungnya, termasuk urusan sinyal.
“Sempat terputus terus ulangi lagi teleponnya,” tuturnya.
Ia sendiri merasa sidang daring ini lebih santai, jauh berbeda dengan beberapa sidang akdemis lainnya yang sempat ia ikuti. Sidang seperti ini baginya tidak perlu mandi atau mengenakan baju bagus.
“Pakai daster juga bisa, asal ditutupin pakai jas almamater,” ucap mahasiswa asal Garut ini.
Sementara itu Devin Fahrizal (22) mengaku sidang akademis daring seperti ini menjadi pengalaman pertamanya. Bukan hal yang biasa melakukan sidang hanya dengan bertatap muka melalui gawai, yang menurutnya kadang membuat tidak fokus.
“Kadang jaringan jelek, kadang gak kedengeran apa yang dosen tanyain ke kita, gitu aja sih paling kendalanya,” tutur mahasiswa prodi Managemen Pendidikan Islam ini.
Ketua Prodi PIAUD Unsika Ine Nirmala, S.Pd,M.Pd menyampaikan, sidang komprehensif dilakukan secara daring sesuai dengan surat edaran rektor dan surat edaran fakultas.
Kondisi saat ini akibat adanya pandemic Covid-19 tidak memungkinkan aktivitas perkuliahan tatap muka secara langsung, begitupun dengan pelaksanaan UAS, ujian komprehensif dan ujian sidang skripsi. Sidang komprehensif FAI Unsika kemarin diikuti oleh 180 mahasiswa.
“Untuk PIAUD angkatan ini hanya 13, yang lainnya menyusul digelombang 2, PAI sebanyak 102 orang, dan MPI sebanyak 65 orang,” terangnya.
Ia mengatakan, sidang daring ini juga sebagai bentuk mematuhi PSBB yang tengah berlangsung. Menurutnya sidang semacam ini tidak mengurangi esensi sebab pada prinsipnya memang uji sidang dilakukan secara lisan. Dalam sidang tersebut pengetahuan mahasiswa mengenai ilmu ke-prodiannya dan ilmu agama diuji untuk menentukannya lulus atau tidak.
Mengenai teknis sidang, Ine menjelaskan, dilakukan melalui video call melalui whatsapp. Setiap mahasiswa mendapat durasi 20 sampai 30 menit untuk melaksanakam sesi sidang. Sebelumnya telah dibentuk grup whatsapp dimana 1 dosen membimbing 6 sampai 8 mahasiswa. Hasil sidang diumumkan Senin besok yang juga melalui Whatsapp.
Masih dikatakannya, selama Covid-19 ini malah membuat kedekatan dosen dan mahasiswa bertambah. Dosen lebih kenal secara menyeluruh sebab bertemu secara personal melaui daring.
“Contohnya hapal wajah dan namanya, Karena sering bertemu via online lebih personal kan,” ucapnya.
Ia berpedan kepada para mahasiswa terutama yang setelah sidang ini tengah menyiapkan skripsi untuk tetap fokus. Meski dalam kondisi pandemi coroba mereka harus tetap semangat dan lebih berpikir positif terlebih telah dimudahkan dengan kehadiran teknologi.
“Jadi tidak membatasi ruang untuk berinteraksi meski via daring,” tutupnya. (din)
