Pakai APD Datangi Pasien, Petugas Medis Sempat Ditolak Warga
RAPID TEST: Puskesmas Adiarsa sudah bisa melayani rapid test.
KARAWANG, RAKA – Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang menetapkan alur baru untuk tes rapid dan tes swab, di mana kedua tes tersebut saat ini dapat dilakukan di puskesmas dan pasien melakukan isolasi mandiri selagi menunggu hasil tes.
Puskesmas Adiarsa adalah yang pertama kali menerapkannya, sejak Selasa (26/5) sampai Kamis (29/5) telah melakukan enam pemeriksaan tes swab terhadap tiga pasien. “Jumat sebelum lebaran kita video conference dengan Kepala Dinas Kesehatan Karawang, hari Selasa kita telah lakukan,” terang Kepala Puskesmas Adiarsa drg. Veronica Maulana, Kamis (28/5).
Dengan adanya kebijakan ini, ia berharap masyarakat tidak parno jika petugas puskesmas melakukan kedua tes tersebut, terutama jika tes dilakukan di rumah pasien. Hal ini diutarakannya, setelah petugas Puskesmas Adiarsa sempat ditolak untuk melakukan tes swab kepada pasien di Kelurahan Karawang Wetan, Kecamatan Karawang Timur pada Rabu kemarin. “Sampai ketua RT-nya minta kami jangan pakai APD lengkap, ya gak bisa dong, kita juga kan mesti melindungi diri agar tugas kami dalam pelayanan kesehatan masyarakat bisa tetap berjalan,” ucap dokter yang akrab dipanggil Vero ini.
Ia menuturkan, pada Selasa lalu timnya melakukan tes swab kepada pasien yang dinyatakan reaktif setelah menjalani tes rapid secara mandiri di rumah sakit. Timnya menjalankan intruksi Gugus Tugas untuk melakukan tes swab sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku. Pada hari itu pasien cukup kooperatif, namun sayangnya banyak kerumunan warga yang penasaran dengan datangnya tim puskesmas.
Pada hari berikutnya, tim Puskesmas Adiarsa kembali mendatangi rumah pasien untuk melakukan tes swab kedua kalinya. Namun tiba-tiba pasien menolak padahal sehari sebelumnya ia menyatakan bersedia kembali dilakukan pemeriksaan. Bahkan ketua RT setempat memberi syarat, agar tenaga kesehatan jangan datang berombongan. Padahal saat itu hanya ada empat tenaga medis, dua diantaranya untuk melakukan tes swab dan dua lainnya melakukan tes rapid kepada keluarga pasien.
Vero menduga pasien tertekan dengan sikap masyarakat yang melabelinya pasien positif corona, padahal reaktif tes rapid belum tentu positif corona dan mesti melakukan tes swab untuk memastikan. Akhirnya pasien tersebut bersedia melakukan tes swab kedua kalinya di Puskesmas Adiarsa. Hasil dari dua kali tes swab tersebut pasien dinyatakan negatif corona. “Jadi terbukti (belum tentu positif corona), masyarakat tetap tenang kalau tim kesehatan ke lapangan,” imbaunya.
Dari kejadian ini ia berharap masyarakat lebih tenang dalam menyikapi kedatangam tim medis, terlebih tidak menutup kemungkinan kedepannya tim medis akan sering turun ke masyarakat. Jangan ada kerumunan saat tim medis datang, tetap berdiam diri di rumah sebagaimana telah diiimbau untuk physical distancing. Selain itu masyarakat mestinya memberi dukungan moril kepada pasien alih-alih menunjukan sikap diskriminatif.
Vero juga berharap satuan tugas yang dibentuk sampai ke tingkat RW dapat lebih berperan terutama dalam kasus yang diutarakannya. Sudah semestinya satgas mengedukasi masyarakat dan mengkondisikan masyarakat agar tetap tenang. Tidak semestinya aparat setempat malah ikut bertindak diskriminatif pada pasien, malah sebaliknya mesti bisa membantu pasien baik secara moril maupun materil. “Pasien kan selama isolasi diri tidak bekerja, nah satgas setempat mestinya bisa membantu, terus kalau masih bingung apa yang mesti disampaikan untuk edukasi kepada maayarakat silakan datang ke puskesmas biar kami jelaskan,” pesannya.
Selain melakukan tes swab, Puskesmas Adiarsa juga saat ini menerima pasien rujukan pasien ibu melahirkan yang berstatus OTG. Sedikitnya ada 6 puskesmas dan praktik bidan swasta yang dapat melakukan rujukan persalinan ke Poned Puskesmas Adiarsa. “Dan (menerima) pemeriksaan rapid pasien puskesmas lain,” pungkasnya. (din)