HEADLINEKARAWANG

Kebiasaan Remaja saat Pembatasan Sosial Berskala Besar

Kabid Pendidikan SMP Disdikpora Kabupaten Karawang, Supandi

Beli Kuota, Nonton Porno, Lalu Ehm-ehm (besar)

KARAWANG, RAKA – Saat ini internet begitu mendominasi kehidupan manusia. Tidak hanya mengubah cara manusia dalam berkomunikasi, yaitu menjadi lebih cepat dan mudah, internet juga mengubah gaya hidup manusia dalam aktivitasnya sehari-hari.

Begitu pula saat kegiatan belajar mengajar dilakukan di rumah. Nyaris seluruh pelajar di Kabupaten Karawang memanfaatkan internet untuk mendapatkan materi pelajaran dari para guru. Sayangnya, sebagian besar remaja tidak menggunakan internet dengan bijak. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu memanfaatkan internet via smartphone dengan bermain games, atau menonton film porno.

Seorang siswa SMP di Kotabaru yang meminta identitasnya disembunyikan mengatakan, lebih sering menonton video porno di handphone daripada mencari ilmu pengetahuan. “Setelah nonton porno, saya juga pernah onani. Hehe,” ungkapnya kepada Radar Karawang, Senin (22/6).

Remaja lainnya di Kotabaru mengatakan, saat ini hampir setiap remaja mempunyai handphone. Sebab, jika tidak punya akan merasa malu dengan teman yang sudah mempunyai dan mengikuti teknologi. “Gengsi kalau gak punya hp mah. Untung saya udah punya,” ucapnya.

Ia mengaku, tujuan orang tua membelikan handphone sebagai sarana media belajar dan meningkatkan wawasan. Namun, tidak semua anak menggunakan dengan bijak, justru banyak menyalahgunakan kemajuan teknologi tersebut dengan suatu hal tidak wajar. “Belajarnya sih jarang, kebanyakannya malah main game. Terus pernah nonton film porno juga,” akunya.

Masih dikatakannya, meski pernah menonton vidio porno, namun belum pernah melakukan seks. “Kalau onani juga pernah. Rasanya gitu weh,” tuturnya. Pelajar lainnya mengaku jarang menggunaka handphone untuk belajar, justru sering digunakan main game. “Pernah sih dipakai nonton vidio porno. Paling digunakan belajar kalau ada tugas dari sekolah saja,” akunya.

Ia melanjutkan, agar bisa berselancar di dunia maya, dia menyisihkan uang saku sampai berani berbohong kepada orang tua agar bisa dibelikan pulsa. “Jarang ada kuotaan sih. Paling beli pulsa yang 5 sampai 10 ribu buat dipaketin. Kepakai dua sampai tiga hari mah,” tuturnya.

Muhammad Akbar, siswa kelas 5 SD mengatakan handphone hanya digunakan untuk bermain game online bersama temannya. Memanfaatkan hp untuk mencari ilmu sangat jarang dilakukannya. Dalam seminggu, warga Wancimekar itu sedikitnya menghabiskan uang Rp20 ribu untuk membeli pulsa internet. “Buat permainan aja. Kuota minta ke mamah yang Rp20 ribu aja,” ujarnya.

Berbeda dengan AN, warga Rengasdengklok yang baru lulus SMP dan akan melanjutkan ke tingkat SMA mengaku sempat mendengar cerita dari temannya terkait situs porno di internet. “Tahu ada situs porno tapi kata temen, saya gak tahu kalau nama aplikasinya, cuma (temen) suka cerita gitu,” jelasnya.

Ia mengaku tidak pernah mengakses situs prono, bahkan situs dan aplikasinya pun tidak punya. Apalagi sampai melakukan zina. Lebih dari itu, AN mengaku sempat mendengar cerita kalau anak sesuianya pernah melakukan hubungan intim. “Iya ada aja sampai kayak gitu (melakukan hubungan intim),” ujarnya.

Berbeda dengan dirinya yang lebih memanfaatkan internet untuk hal yang bermanfaat seperti mencari informasi pendidikan, menulis cerpen melalui watpad dan sosial media lainnya. “Saya (kouta) itu buat belajar online, cari-cari informasi pendaftaran sama nulis novel nanti diuplod di aplikasi watpad, ditambah juga buat baca berita,” katanya.

AN menambahkan, kebutuhan untuk membeli kouta internet sampai Rp50 ribu per bulan dan uang tersebut dari orang tuanya. “Namun sewaktu-waktu suka pakai uang pribadinya,” ujarnya.

Sedangkan LS yang baru lulus SMK di Klari mengatakan, tidak sedikit kalangan pelajar yang masih duduk di bangku SMA, SMP bahkan SD sekalipun, sudah merasakan dan mengenal cinta bahkan diantaranya menjalin hubungan spesial. “Di era milenial ini sudah hal biasa kalau liat anak SMA, SMP sampai SD semotor berdua sambil pelukan, yang biasa disebut pacaran gitu deh,” tambahnya.

Menurutnya, kecanggihan teknologi yang terus berkembang menjadi akar dari permasalahan tersebut, sehingga dibutuhkan peran orang tua dan guru untuk terus memantau dan mengarahkan siswa dalam memaknai kehidupan. “Orang tua dan guru jangan lengah, karena pertumbuhan yang terjadi pada siswa tergantung seberapa baiknya kualitas pendidikan yang dilakukan oleh orang tua dan guru,” tambahnya.

Kepala Bidang Pendidikan SMP Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Karawang Supandi mengatakan, dinas pendidikan tidak bisa melarang para siswa untuk menggunakan handphone. Terlebih kondisi saat ini kegiatan belajar dilakukan secara jarak jauh.
“Disdikpora merasa terbantu dengan proses pendidikan secara daring,” katanya.

Dikatakan Supandi, pendidikan bukan hanya di sekolah. Pendidikan yang lebih penting ialah pendidikan keluarga. Agar para remaja terhindar dari kegiatan seks bebas dan kegiatan-kegiatan negatif lainnya, yang perlu diperhatikan ialah pendidikan keluarga dengan lebih memberikan pendalaman terhadap ilmu keagamaan. Karena jika sudah memiliki dasar agama yang kuat, para remaja tidak akan melakukan perbuatan yang melanggar aturan. “Karena kita juga tidak bisa memantau anak-anak membuka situs apa,” ujarnya. (acu/nce/mra/mal)

Related Articles

Back to top button