Uncategorized

12 Implan, 29 IUD

PASANG KONTRASEPSI: Seorang petugas kesehatan mengenakan alat pelindung diri saat memasang kontrasepsi di Balai KB Kecamatan Telukjambe Timur, Rabu (24/6).

41 Ibu Ikut KB di Telukjambe Timur

TELUKJAMBE TIMUR, RAKA – Sebanyak 41 wanita mengikuti pelayanan KB di Balai KB Kecamatan Telukjambe Timur, Rabu (24/6). Dari jumlah tersebut, sebanyak 12 diantaranya memasang KB implan. Sedangkan 29 sisanya memasan KB IUD (intrauterine device). “Nominasi calon ada 47, yang jadi dilayani 41,” ucap Koordinator Satuan Pelaksana Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Satpel PPKB) Kecamatan Telukjambe Timur, Yulia Rosliati kepada Radar Karawang.

Yulia menjelaskan, pelayanan KB dalam rangka sejuta akseptor KB memperingati Hari Keluarga Nasional 29 Juni mendatang. Program BKKBN ini dikatakannya dilaksanakan juga di kecamatan lainnya se-Kabupaten Karawang. Di Kecamatan Telukjambe Timur, kata Yulia, setiap desa mengirimkan peserta KB yang sebelumnya telah terdata oleh masing-masing petugas pos KB.

Masih disampaikan Yulia, ia bersyukur pihak puskesmas, pemerintahan setempat dan pihak yang terlibat mendukung terlaksananya program tersebut. Hal ini tak lepas dari situasi Telukjambe Timur yang tengah menuju zona hijau, setelah menurunnya angka pasien corona, begitupun tidak ada pasien corona baru setelah dilaksanakan tes swab masal di wilayah tersebut. “Kalau kecamatan lain kan ada yang puskesmasnya keberatan karena masih pandemi corona,” tuturnya.

Ia berharap kedepannya Satpel KB tetap bisa memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan KB. Ia juga berkomitmen kedepannya kualitas pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar operasional dari Dinas Kesehatan. “Mudah-mudahan masyarakat bisa merasakan manfaat dari program pelayanan KB ini,” harapnya.

Bidan Koordinator Puskesmas Telukjambe Tri Astuti Ambarsari yang bertugas melayani peserta KB menyampaikan, pentingnya KB ini guna menjaga jarak kehamilan. Ia menjelaskan, kehamilan yang terlalu dekat mempunyai resiko kesehatan bagi ibu maupun anak. “Idealnya jaraknya itu di atas 3 tahun, kalau terlalu dekat bisa jadi perdarahahan saat persalinan,” terangnya.

Tri mengingatkan masa pemberian ASI eksklusif pada bayi idealnya selama dua tahun. Jika bayi masih dalam masa pemberian ASI kemudian sang ibu kembali hamil, maka ia tidak bisa menyusui. Jika ia masih menyusui maka akan merangsang kontraksi pada kehamilannya. Kondisi seperti ini tentunya merugikan baik bagi sang ibu, bayi yang menyusui, maupun janin dalam kandungan. “Sudah tidak bagus juga ASI-nya, selain itu KB menekan angka kematian ibu dan angka kematian anak,” pungkasnya. (din)

Related Articles

Back to top button