Karawang

Bersepeda Bukan Adu Gengsi

DIBAWA ASYIK: Anggota Border Bike tampak asyik-asyik saja berkumpul di sela bersepeda di Karawang kota. Mereka berprinsip bersepeda bukan untuk adu gengsi, tapi untuk kesehatan dan kesenangan.

KARAWANG, RAKA – Bersepeda bukan untuk adu gengsi, banyak hal lain yang bisa didapat dengan bersepeda bersama selain eksistensi. Itulah yang ditunjukan para pesepeda di Karawang yang tergabung dalam Border Bike. Siapapun dapat bergabung di sini, apapun jenis sepeda yang mereka punya. “Jujur kalau dibilang komunitas gua sendiri kurang setuju, gua bikin kayak gini tuh cuma sekadar fun aja, senang-senang sama teman-teman, nambah-nambah relasi juga,” terang perintis Border Bike, Krisna Gunawan kepada Radar Karawang, kemarin.

Krisna menceritakan, terbentuknya Border Bike Desember 2019 silam bukan sesuatu yang direncanakan. Saat itu ia bersama temannya di Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi, yang berbatasan dengan Karawang kerap bersepeda ke jantung kota Karawang. Sampai akhirnya banyak teman-temannya di Karawang yang turut bersepeda bersama. “Teman-teman gua memang banyak di Karawang, penamaan Border juga kan memang artinya perbatasan, memang kita awalnya dari perbatasan Karawang-Bekasi,” tutur Krisna.

Krisna mengatakan, Border Bike sebenarnya tidak memiliki agenda bersepeda tertentu, semua dilakukan spontanitas sekadar untuk mencari kesenangan. Bagi Border Bike, bersepeda tak mesti pakai jersey seragam atau atribut lainnya, pakai baju sehari-hari pun jadi selagi nyaman saat bersepeda. Mereka menghindari eksklusifitas ketika bersepeda bersama.

Krisna mengaku dirinya adalah pribadi yang cenderung susah bergaul dengan orang lain, namun dengan bersepeda bersama ia bisa menambah banyak relasi. Ia juga menyadari beberapa pekan ini bersepeda menjadi tren baru bagi warga Karawang. Menurutnya hal itu bukan masalah selama mereka menemukan kesenangan. “Mau lu baru mulai, mau udah lama, gak ada masalah, senioritas itu toxic, lanjutin aja,” ungkapnya.

Salah satu anggota Border Bike, Reni Febriyani (25) bercerita, bersepeda telah menjadi hobinya sejak kecil. Selama ini ia kerap bersepeda sendirian, ternyata bersepeda bersama dengan teman-temannya di Border Bike menurutnya lebih asyik. “Asyik banget, lagi banyak teman, ngilangin stres,” ucapnya.

Reni manambahkan, sebagai bentuk olahraga bersepeda punya manfaat untuk kesehatan tubuh. Namun sayangnya ia merasa fasilitas untuk pesepeda di Karawang tidak memadai. Belum ada jalur khusus pesepeda, ia sendiri kerap merasa tidak nyaman atau bahkan mengganggu pengendara lain.

Sementara itu, Yohanes Andi Bintang Abimanyu Wibowo (31) menuturkan, sepeda sudah menjadi alat transportasi sehari-hari baginya, terlebih saat ia tinggal di Australia. Saat kembali ke Karawang, ia sempat bingung mencari komunitas sepeda sampai akhirnya mendapati Border Bike.
Ia sendiri menilai kebanyakan komunitas sepeda cenderung adu gengsi, apalagi di kota besar. “Buat gengsi gitu gua lihat ya, soalnya kebanyakan buat mejengin sepede keren, aneh lah kayak bukan buat keseharian, kayak pamer,” ungkapnya.

Pria yang akrab disampa Jombie ini membandingkan fasilitas untuk pesepeda di Australia dengan di Indonesia sangat jauh berbeda. Di Melbourne, tempatnya bekerja saat itu jalanan kota dilengkapi jalur sepeda, dan banyak tempat fasilitas parkir sepedea. Tata kota yang lebih rapih dengan banyaknya taman, juga menjadi kenyamanan tersendiri bagi pesepeda di sana.

Ia menyampaikan, salah satu hal yang penting dalam bersepeda adalah tidak menyerobot jalan dan jangan mengedepankan gengsi. Baginya sepeda semata untuk kesehatan dan transportasi, ia sendiri bersepeda karena ingin mengurangi polusi. Ia juga berharap di Indonesia khususnya Karawang, lebih banyak jalur khusus yang benar-benar hanya bisa digunakan pesepeda agar lebih aman dan nyaman. “Jangan berhenti bersepeda, jangan sekadar tren, agar pemerintah sadar dan merespon apa yang diperjuangkan pesepeda,” komentarnya mengenai tren sepeda akhir-akhir ini. (din)

Related Articles

Back to top button