Dokter Spesialis Mata RS Hermina Karawang, dr Dora Apriani, SpM
KARAWANG, RAKA – Pembelajaran daring melalui gawai menjadi hal yang niscaya dan tak bisa dihindari di masa pandemi corona. Pembelajaran dari rumah ini dilakukan oleh seluruh pelajar di semua tingkatan. Pembelajaran daring saat ini dapat dikatakan menjadi satu-satunya opsi agar mereka tetap dapat menjalani pendidikan formal. Namun hal ini memiliki dampak negatif bagi kesehatan mata jika pembelajaran tidak dilakukan dengan baik.
Dokter spesialis mata di Rumah Sakit Hermina Karawang, dr Dora Apriani, SpM menyampaikan, menatap layar gawai terlalu lama dapat menyebabkan mata mudah lelah. Karena saat mata memandang objek yang dekat, maka mata akan berkonsentrasi penuh. Lain halnya saat melihat objek yang jauh, dalam kondisi tersebut mata akan berakomodasi dimana otot-otot mata bekerja lebih ekstra untuk memfokuskan pandangan pada objek. “Akomodasi yang terus menerus akan membuat mata menjadi mudah lelah, biasanya anak akan lebih sering berkedip atau mata berair, lebih dari itu juga dapat memicu mata minus (miopia),” terangnya.
Bagi anak-anak yang masih dalam masa tumbuh kembang akan sangat disayangkan jika dampak negatif ini terjadi. Untuk mencegah hal tersebut, Dora menyarankan agar para orang tua dapat mengawasi sang anak dalam penggunaan gawai, baik itu untuk keperluan belajar atau hal lainnya. Salah satu yang dapat dilakukan oleh orangtua adalah menerapkan metode 20.20 saat mendampingi anak belajar daring. “Ini bukan cuma untuk anak-anak, semua juga semestinya menerapkan metode ini,” ucapnya.
Ia menjelaskan, yang dimaksud metode 20.20 adalah memberi waktu istirahat bagi mata selama 20 detik setiap 20 menit sekali ketika fokus pada objek dekat, seperti menggunakan gawai atau membaca. Istirahat yang dimaksud adalah dengan mengalihkan pandangan pada objek jauh minimal enam meter. Hal ini dapat merelaksasi otot-otot mata. Perlu dicatat, istirahat otot mata ini akan sia-sia jika pandangan mata dialihkan pada objek pada jarak yang juga dekat. Hal lain yang juga mesti diperhatikan adalah menjaga jarak mata dengan gawai minimal 30 cm.
Disamping itu, perhatikan asupan gizi yang baik bagi anak, terutama kebutuhan nutrisi untuk kesehatan matanya. Disarankan banyak menkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A, C, D, dan E yang menunjang memelihara kesehatan mata. Vitamin tersebut bisa didapatkan dalam sayuran hijau dan buah-buahan berwarna kuning. “Wortel juga bagus, gak mesti makanan yang mewah dan mahal, seperti pepaya juga sangat baik untuk mata,” tuturnya.
Ia tidak memungkiri gawai sangat dibutuhkan untuk sarana komunikasi dan pembelajaran, terutama saat pandemi dengan kebijakan belajar dari rumah. Meski demikian, pengawasan dan bimbingan orang tua mesti selalu dilakukan. Sebab jika tidak, bukan tidak mungkin anak akan terlena dan sulit berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. “Yang saya tekankan terapkan metode 20.20, sehingga diharapkan dapat memelihara kesehatan mata sang anak dan mencegah mata minus,” pungkasnya. (din)