PURWAKARTA

Pengusaha Keramik Sepi Order

PRODUKSI : Perajin keramik Plered saat produksi. Sejak pandemi Covid-19, ekspor produk khas Purwakarta tersebut terhambat.

Ekspor Terhenti

PURWAKARTA, RAKA – Tidak hanya berdampak pada kesehatan, merebaknya wabah virus corona sejak beberapa bulan terakhir sangat dirasakan kalangan pengusaha, terutama pelaku usaha ekspor, mereka kehilangan pasar dan hanya bisa pasrah.

Kondisi itu setidaknya dirasakan Eman Sulaeman, salah satu pelaku usaha ekspor keramik asal Desa Anjun, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Eman Sulaeman. Pengusaha industri keramik itu mengaku sejak ramai pemberitaan ada wabah virus corona akhir 2019 lalu, ekspor sudah mulai goyah.

Pameran atau event pada awal tahun terpaksa ditunda akibat wabah virus corona. Padahal, pameran merupakan momen paling ditunggu untuk memasarkan keramik kepada calon pembeli, karena di sana banyak turis yang hadir. “Di awal tahun saya sudah mempersiapkan diri akan mengikuti pameran pada Maret kemarin, tapi ditunda dan saya tidak kirim barang ke luar negeri karena tak ada calon pembeli,” ujarnya.

Ia mengaku produksi keramik interior atau barang fungsi dan hias seperti guci yang biasa diekspor sempat berhenti sementara. Ia pun kemudian terpaksa membidik pasar lokal untuk sementara agar usaha miliknya tetap produksi. “Sebetulnya saya kurang paham betul di pasar lokal, tapi situasi pada waktu itu memaksa mencoba peruntungan di pasar lokal agar para perajin dapat kembali produksi,” katanya.

Ia mengatakan, sejak pertama kali merintis usaha keramik 1993 baru kali ini merasakan penurunan cukup drastis dalam pasar ekspor. Dalam satu tahun biasanya ekspor keramik tak kurang dari tiga kontainer. Pada tahun ini Eman tak yakin akan sama seperti tahun sebelumnya meski pemerintah telah memberlakukan new normal sebagai upaya untuk memulihkan produktivitas masyarakat.

Namun setidaknya, diberlakukan new normal diharapkan pameran bisa kembali digelar sehingga ekspor keramik juga kembali normal. “Kemarin ada yang pesan 80 keramik akan dikirim bulan depan (Agustus), sekarang menunggu pembeli datang cek barang. Satu keramiknya saya jual Rp14.000-Rp250.000, tergantung ukuran,” ujar Eman.

Sementara, Kepala UPTD Sentra Keramik Plered, Kabupaten Purwakarta, Mumun Maemunah mengaku ekspor keramik fungsi dan hias secara global terjun bebas setelah ada wabah virus corona. “Hingga pertengahan tahun ini baru tujuh kontainer yang diekspor ke luar negeri. Dari Maret sampai Juli hanya ada satu kontainer yang ekspor. Kemarin juga pas mau ekspor semuanya dibatalin,” ujarnya.

Perbedaan jumlah ekspor cukup mencolok jika dibandingkan sebelum ada wabah virus corona. Ekspor tak kurang dari 61 kontainer setiap tahunnya bahkan lebih. “Sebelum ada wabah virus corona di pertengahan tahun itu sudah mencapai 30 kontainer, tahun ini cuman satu, jauh sekali perbedaannya juga,” kata Mumun.

Selain itu, ia berharap setelah diberlakukannya new normal jumlah ekspor dapat kembali meningkat. “Dalam menghadapi new normal, pemasaran akan kami tingkatkan, baik lokal maupun ekspor, sehingga kerajinan tangan khas Purwakarta yang satu ini lebih dikenal dalam maupun luar negeri. Bahkan para perajin pasar lokal saat ini tengah kebanjiran order,” ujarnya. (gan)

Related Articles

Back to top button