Lila Ulipianingtias
KARAWANG, RAKA – Penyakit demam berdarah dengue (DBD) tak kalah menakutkan dari corona. Penyakit ini bisa merenggut nyawa jika terlambat ditangani. Lila Ulipianingtias, staf Puskesmas Rengasdengklok mengatakan, orang yang meninggal akibat kasus DBD biasanya karena telat penanganan. Gejala awal seseorang yang terkena DBD yaitu penderita mengalami demam tinggi. “Kenapa bisa telat penanganan, karena gejala dia kan demam satu sampai tiga hari, (dan) hari ke empat demamnya turun, terkadang orang itu sering terkecoh, dipikirnya sudah sembuh padahal hari keempat itu masa kritis,” jelasnya, kepada Radar Karawang saat ditemui di ruangan kerjanya, Kamis (23/7).
Lebih lanjut, kata dia, jika ada seseorang yang mengalami demam tinggi, sebaiknya langsung di bawa ke dokter untuk dilakukan perawatan, karena lebih baik mengantisipasi daripada telat penanganan. “Gejala awal demam tinggi 39 sampai 40 derajat sampai hari ke tiga, nanti hari ke empat demamnya turun tapi biasanya kalau yang sakit itu dia akan lemas letih lesu terus nafsu makannya menurun,” katanya.
Selain menjaga diri dari corona, Lila juga meminta agar masyarakat juga dapat mencegah DBD ini, diantaranya dengan menerapkan 3M Plus (Mengubur, Mengurus, Menutup, dan memanfaatkan abate). Selain itu kata dia, hindari kebiasaan yang berpotensi dijadikan sarang nyamuk seperti menggantungkan baju di belakang pintu.
Sementara itu, hingga pertengahan Juli 2020 lalu, tercatat ada 827 pasien DBD. 9 diantaranya meninggal dunia akibat penyakit yang disebabkan oleh jentik nyamuk tersebut. Tingginya angka pasien positif DBD terjadi karena saat ini sedang perubahan musim. Untuk itu ia mengingatkan kepada semua masyarakat agar tetap menjaga kebersihan dengan melakukan 3 M yaitu mengubur, menguras dan menutup. “Karena pancaroba. Makanya masyarakat juga harus lebih memperhatikan kesehatan dengan menjaga pola hidup bersih dan melalukan 3M,” ucap Plt Kepala Dinas Kesehatan Nanik Jodjana baru-baru ini.
Nanik menuturkan, jumlah angka positif DBD tahun ini lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Penambahan terbanyak terjadi pada bulan Juni yaitu sebanyak 257 pasien positif DBD. “Angka persisnya tahun kemarin saya lupa. Yang jelas tahun ini lebih tinggi,” ucapnya.
Nanik menjelaskan, selain penanganan penyebaran covid 19 dengan melakukan penyemprotan cairan disinfektan, pihaknya juga sudah beberapa kali melalukan fogging untuk memberantas nyamuk penyebab DBD. “Tidak seperti itu. Kami juga selalu lakukan foging. Antisipasi terhadap DBD juga tetap kami fikirkan,” ujar dia.
Menurutnya, fogging bukan merupakan solusi untuk terhindar dari DBD. Karena fogging hanya membunuh nyamuk dewasa. Sementara jentik nyamuk yang sudah dihasilkan oleh nyamuk dewasa tersebut tidak mati. “Jadi solusinya agar masyarakat sering menjadi kebersihan lingkungan. Hindari genangan air,” ujarnya. (mra/nce)