PURWAKARTA

Jaga NKRI, Dialog Lintas Iman Digelar

DIALOG : Kegiatan diskusi lintas iman yang digelar Bidang Kepemudaan Disporaparbud Kabupaten Purwakarta bekerjasama dengan Komunitas Lintas Iman, di Aula Sport Center Jaya, kantor Disporaparbud Kabupaten Purwakarta.

PURWAKARTA, RAKA – Dinas Kepemudaan, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan (Disporaparbud) Kabupaten Purwakarta menggelar diskusi lintas iman, di Aula Sport Center Jaya Perkasa Purnawarman. Kegiatan tersebut merupakan sebagai upaya menumbuhkan nilai-nilai kebangsaan bagi generasi muda.

Dialog yang diselenggarakan oleh Bidang Kepemudaan Disporaparbud Kabupaten Purwakarta bekerjasama dengan Komunitas Lintas Iman tersebut dihadiri beberapa tokoh agama, perwakilan Gusdurian, Pemuda Lintas Iman (Pelita), IPNU, PMII, Pemuda Gereja Kristen Pasundan Purwakarta dan Sadang, Pemuda Parisadha Hindu Dharma (PHDI) Purwakarta, OMK Paroki Salib Suci, dan Persaudaraan Muda Mudi Vihara Budi Dharma, FOMPA serta GMWA.

Dialog dengan tema umum Fanatisame Beragama, Mestikah? Sebuah Upaya Memperkuat Toleransi Sejak Dini Dalam NKRI itu menghadirkan narasumber Direktur Indonesia Berfilsafat, Dr Ammar Fauzi yang dipandu Vania Desiwilona dari Persaudaraan Muda Mudi Vihara Budi Dharma.

Menurut Ammar, fanatisme itu energi untuk bangkit dan terus berjuang. Tanpa fanatisme, cita-cita hidup perjuangan dan pembangunan hanyalah idealisme utopis dan angan-angan. “Dalam koridor rasionalitas dan nilai-nilai kemanusiaan, fanatisme tidak perlu kuatir menjadi radikalisme dan anarkisme. Untuk menjadi insan toleran pun perlu fanatisme. Para bapak pendiri bangsa telah meletakkan Pancasila yang berperan efektif sebagai koridor fanatisme dalam rasionalitas dan radikalitas dalam toleransi,” ungkap Ammar.

Terpisah, Kabid Kepemudaan Disporaparbud Purwakarta, Ahmad Arif Imamulhaq, melalui Kepala Seksi Kepemimpinan dan Kepeloporan, Abi Jawahir mengatakan, bahwa dialog ini dalam rangka menumbuhkan nilai-nilai kebangsaan bagi generasi muda. “Bagi generasi muda ini sangat penting untuk memahami secara mendalam situasi kebatinan terbentuknya negara dan bangsa Indonesia di awal-awal kemerdekaan, diantaranya pada saat perdebatan tentang pembahasan Pancasila dan UUD 1945,” kata Abi, Minggu (26/7).

Diketahui, lanjut dia, para pendiri bangsa yang terdiri dari tokoh agama, akademis dan pejuang kemerdekaan itu mencari titik kesamaan dengan pandangannya masing-masing untuk mempersatukan dan mewujudkan Indonesia kala itu. “Dialog dengan mengedepankan ilmu dengan menggunakan akal sehat dan hati yang bersih tanpa menyertakan kepentingan kelompok apalagi pribadi sangat penting untuk terus dipraktikan di kalangan anak-anak muda agar cara berpikir dan perilaku mereka selalu terbuka untuk kebenaran dan kebaikan,” jelas Abi.

Sementara, salah satu peserta dari Pemuda Parisadha Hindu Dharma (PHDI) Purwakarta, Ratts Mantra Wijaya, mengatakan, bahwa kegiatan dialog tersebut sangat bagus untuk menambah wawasan dan persahabatan diantara generasi muda. “Saya rasa dialog ini baik sekali untuk memperkuat persahabatan dan menambah wawasan kami generasi muda. Materinya juga sangat bagus dan mudah dipahami. Sayang, waktunya terbatas. Semoga ke depan bisa dilanjutkan,” singkatnya. (gan)

Related Articles

Back to top button