HEADLINEKARAWANG

402 Balita Gizi Buruk, 838 Obesitas

Kepala Puskesmas Telukjambe, dr Nugraha

KARAWANG, RAKA – Tujuh hari pertama di bulan Agustus masyarakat dunia memperingatinya sebagai pekan Air Susu Ibu (ASI). Momen ini sebagai bentuk mengkampanyekan pentingnya memberi ASI kepada anak. Namun, tidak semua bayi di Kabupaten Karawang beruntung memiliki orangtua yang perhatian terhadap gizi. Karena berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, ada 402 bayi mengalami gizi buruk.

Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang Muhammad Alwi menyampaikan, meski dalam kondisi pandemi corona pemberian ASI mesti tetap dilakukan. Seorang ibu harus memperhatikan protokol kesehatan seperti mencuci tangan sebelum menyusui dan menggunakan masker. “Karena covid-19 itu menularnya lewat droplet, bukan melalui air susu ibu,” jelasnya kepada Radar Karawang, Senin (3/8).

Alwi membenarkan pemberian ASI berpengaruh terhadap status gizi anak. Tahun 2020 ini masih didapati anak kekurangan gizi di Karawang, meski demikian angka anak dengan kelebihan gizi lebih besar. Berdasarkan data bulan penimbangan anak Februari kemarin, sudah tercatat status gizi 138.170 anak, sekitar 80 persen dari jumlah keseluruhan anak di Karawang. Dari jumlah anak yang terdata, 838 anak (0,6%) mengalami obesitas dan 1.657 (1,2%) mengalami gizi lebih. Adapun anak dengan gizi kurang sebanyak 2.926 (2,1%) dan gizi buruk berjumlah 402 (0,29%) anak. Sedangkan 125.722 (91%) anak dengan status gizi normal.

Adapun berdasarkan tinggi badan berbanding usia, 688 (0,5%) balita di Karawang didapati sangat pendek dan 3.510 (2,5%) balita dikategorikan pendek. Sementara itu, balita dengan status tinggi badan normal sebanyak 132.756 (96,1%) sedangkan dengan kategori tinggi sebanyak 1226 (0,9%) balita. “Masalah gizi ini bisa jadi bom waktu karena kondisi (pandemi) seperti ini, kita selalu berupaya mengedukasi masyarakat,” tuturnya.

Ia berpesan agar para ibu tetap memberi ASI minimal selama 6 bulan pertama yaitu ASI eksklusif. Perhatikan protokol kesehatan saat menyusui dan sebisa mungkin tidak membawa balita ke luar rumah kecuali kondisi darurat. “Kalau ibunya covid-19 itu tetap bisa memberikan ASI,” tuturnya.

Ia melanjutkan, anak dengan status gizi buruk biasanya dari keluarga dengan ekonomi rendah. Dinas Kesehatan Karawang melakukan pemulihan salah satunya dengan memberikan makanan tambahan. Pihak lainnya juga turut membantu misalnya Baznas Karawang yang ikut serta menyediakan PMT bahkan membiayai penunggu balita selama dirawat. Meski angka gizi buruk di Karawang cukup tinggi, belum tercatat ada kasus meningal dan semua sembuh setelah menjalani perawatan. “Yang lebih susah itu setelah pengobatannya, ada yang sudah stabil gizinya setelah perwatan tapi statusnya gizi buruk lagi, karena begitu pulang gizinya kurang diperhatikan,” ungkapnya.

Kepala Puskesmas Telukjambe dr Nugraha mengatakan, memberikan ASI dimulai saat bayi berusia 0 bulan, bahkan saat ia baru dilahirkan. Secara kodratnya bayi yang baru lahir akan mencari puting sang ibu, maka bayi yang lahir biasanya ditaruh di atas dada sang ibu. Hal inilah yang disebut inisiasi menyusui dini (IMD). “Nol bulan sampai 6 bulan itu ASI eksklusif. Enam bulan sampai 24 bulan itu diberikan juga makanan pendamping,” terangnya.

IMD sangat penting bagi bayi, sebab dengan menyusui yang dilakukan segera bayi akan mendapatkan kolostrum dari tetes pertama ASI sang Ibu. Cairan pertama berwarna kuning dan kental ini memiliki banyak nutrisi, dan meningkatkan imunitas bayi. IMD juga menentukan keberhasilan pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan kedepan. “Selain itu juga merekatkan hubungan emosional ibu dan anak, saat itu kan ada sentuhan kulit dengan kulit, anak mendekap di dada ibunya,” tambahnya.

Pentingnya memberikan ASI juga karena turut berpengaruh terhadap status gizi anak. Anak dengan gizi buruk atau kurang gizi salah satu faktornya bisa jadi karena tidak diberi ASI eksklusif. Komposisi nutrisi ASI sudah sangat sesuai dengan kebutuhan bayi. Susu formula sebagus apapun tidak bisa mengimbangi kandungan nutrisi pada ASI. Sebab pada dasarnya susu sapi diperuntukan untuk anak sapi. “Ibu kan diberi buku KIA (kesehatan ibu dan anak), itu tolong dipelajari dan diaplikasikan, dengan itu insya Allah stunting tidak akan terjadi,” pesannya. (din)

Related Articles

Back to top button