HEADLINEKarawang

Di Sini Hitam, di Sana Hitam

MURAL: Ajakan jaga kelestarian Citarum Harum ditulis di bawah jembatan.

Sungai Citarum dan Cilamaya Sama-sama Pekat, Bau

KARAWANG, RAKA – Mengurusi pencemaran aliran sungai nampaknya menjadi pekerjaan sulit bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang. Berkali-kali pencemaran terjadi dan tak kunjung selesai. Tak hanya di Citarum, pencemaran juga terjadi di Sungai Cilamaya.

Air Sungai Citarum sudah di luar kewajaran. Hitam pekat dan menimbulkan bau tak sedap. Bahkan ikan pun mati mengambang. Kondisi ini terlihat di aliran sungai yang melintasi perkotaan Karawang. Rustandi (26), warga Kampung Anjun, Kelurahan Karawang Kulon, Kecamatan Karawang Barat mengakui, kondisi tersebut terjadi sejak sepekan terakhir. Menurutnya, penampakan seperti ini bukan terjadi yang pertama, dulu juga sempat terjadi hal serupa. Namun biasanya tidak terjadi sampai satu minggu seperti sekarang ini. “Item kaya gini kemarin udah satu minggu, terus nanti bersih lagi, gak cuma item tapi bau juga,” ujarnya saat ditemui Radar Karawang di tepi sungai Citarum, Senin (3/8).

Selain menimbulkan bau comberan, sungai juga bau limbah sehingga banyak ikan yang mati mengambang. Bahkan beberapa waktu lalu kerap ada ikan mabok yang sering ditangkapi warga. “Ikannya banyak kayak tawes, mujaer, keting, tapi kebanyakan mujaer,” tambah Rustandi.

Diakuinya, sejak dirinya kecil belum pernah melihat kejadian air Citarum hitam sepekat ini. Diakuinya, memang ada pihak yang melarang membuang sampah di bantaran Sungai Citarum. Bahkan akan dikenakan denda jika masih membandel membuang sampah di Citarum, sehingga masyarakat sudah mulai sadar untuk tidak membuang sampah ke aliran Sungai Citarum. Namun begitu, dia heran dengan kondisi warna air Citarum saat ini, padahal warga yang membuang sampah ke Sungai Citarum sudah mulai berkurang. “Di bawah jembatan itu ada gambar-gambar Citarum Harum kayak gitu, (tapi) gak harum,” katanya.

Warga lainnya, Endang (52), mengaku tidak berani makan ikan hasil tangkapan dari Sungai Citarum. Dirinya khawatir sudah tercampur dengan limbah. Diakuinya, selain bau dan hitam, air Citarum juga bikin gatal. “Biasanya kalau air hitam kaya gini pas musim kemarau, ikan juga pada mati,” paparnya.

Sementara itu, Satgas Citarum Harum masih belum mengetahui secara pasti penyebab air Citarum di wilayah Karawang berwarna hitam dan berbau. Sejumlah pembuktian sampel air dan pengetatan pengawasan wilayah pembuangan industri diharapkan bisa menjadi solusi.

Tidak hanya air sungai Citarum, pencemaran tak kunjung henti juga terjadi di Bendung Barugbug, Kecamatan Jatisari. Berbagai upaya sudah dilakukan, termasuk unjuk rasa di kantor Gubernur Jawa Barat namun belum membuahkan hasil.

Saat ini, air Bendung Barugbug kembali hitam pekat dan tercium aroma bau tak sedap serta banyak tumpukan sampah. Bau dari air tersebut dikeluhkan oleh sejumlah warga Desa Situdam. Namun, masyarakat hanya bisa pasrah dengan kondisi air bendungan yang sudah hampir puluhan tahun tercemari oleh limbah industri dari dua kabupaten, Subang dan Purwakarta. “Air Bendung Barugbug kini kembali hitam pekat dan tercium bau tak sedap,” ujar Ucup (18), warga Desa Situdam, kepada Radar Karawang, Selasa (4/8).

Ketua harian Satgas Citarum Harum Mayjen TNI (Purn) Dedi Kusnadi Thamim mengatakan ada tiga kemungkinan hitam dan berbaunya air Sungai Citarum di Karawang. Pertama, ada proses sedimentasi sungai yang sudah bertahun-tahun naik ke atas permukaan ketika kondisi debit air sangat kurang. Kedua, dugaan adanya perusahaan nakal yang sengaja membuang limbah tanpa dilakukan pengolahan. Ketiga, akibat limbah rumah tangga. “Saya tadi melaksanakan peninjauan mulai dari sektor 16 dari Walahar hingga Klari air masih berwarna normal. Kemudian tadi saya juga lihat penggalian dekat pintu. Mulai Klari hingga seterusnya air berubah warna menjadi hitam dan berbau,” katanya, di sela peninjauan, Selasa (4/8) kepada wartawan.

Sampel air, lanjutnya, sudah diambil di empat titik lokasi untuk melihat kandungan dari air Citarum. Tak hanya itu, satgas juga melakukan pengawasan ekstra di sejumlah outfall pembuangan limbah industri. “Untuk solusi awal, kita sudah meminta PJT2 untuk menggelontorkan air di Citarum inti. Namun hanya 15 menit, karena mereka tidak bisa melepas air di Sungai Citarum (utama) lebih dari 15 menit, jika dilakukan dikhawatirkan pasokan air ke wilayah pertanian akan berkurang,” ucapnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Wawan Setiawan menjelaskan sampel-sampel air yang diambil akan diketahui hasilnya 14 hari ke depan.”Sampel sudah kita tunggu dibeberapa titik. Hasilnya akan keluar sekitar 14 hari,” pungkasnya. (mra/asy/acu)

Related Articles

Back to top button