GERBANG SEKOLAHHEADLINEKARAWANG

KBM Tatap Muka di Zona Hijau

Empat Sekolah akan Diverifikasi

KARAWANG, RAKA – Dari 10 kecamatan zona hijau di Kabupaten Karawang, baru empat sekolah yang menunjukan kesiapannya menggelar kegiatan belajar mengajar Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Yaitu, SMAN Jatisari, SMAN Tempuran, SMKN Rawamerta, dan SMKN Cilebar.
“Minggu depan sekolah tersebut akan dilakukan verifikasi,” terang Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah IV Ai Nurhasan kepada Radar Karawang, Minggu (9/8).

Selain itu, sekolah KBM tatap muka hanya bisa dilakukan di sekolah yang berada di zona hijau. Begitupun siswa mesti berdomisili di zona hijau. “Jika siswa berdomisili di luar zona hijau, melainkan zona hitam, merah, dan zona kuning sekalipun maka tidak boleh datang ke sekolah,” ujarnya.

Ai menyampaikan, setelah pihak sekolah mengajukan proposal kesiapan akan ada dua tahapan verifikasi. Verifikasi pertama akan dilakukan oleh KCD, dan jika lolos akan dilanjut pada verifikasi kedua oleh satgas penanganan corona kabupaten. Setelah verifikasi dilalui maka akan diajukan izin kepada bupati. “Kita sudah bentuk tim per kabupaten, tim mulai kerjanya kapan ya terserah, kita sih targetnya minggu ini mereka harus sudah mengecek ke sekolah,” ucapnya.

Ia juga menyampaikan, kemungkinan sekolah yang mengajukan proposal kesiapan masih akan bertambah. Ia mengungkapkan, sebetulnya sudah cukup banyak sekolah yang mengajukan proposal namun dikembalikan karena belum betul-betul nampak siap. “Di Karawang sendiri baru empat sekolah tersebut yang relatif siap, sehingga nantinya verifikasi di lapangan akan berjalan dengan efektif,” tuturnya.

Menurutnya terdapat tiga aspek kesiapan sekolah jika ingin menjalankan KBM tatap muka dalam adaptasi kebiasaan baru. Pertama adalah aspek infrastruktur yang mencakup sarana pendidikan, seperti kelas yang nantinya hanya diisi 12 siswa. Ketersediaan wastafel dan hand sanitizer juga mesti diperhatikan. Begitupun ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) mesti betul-betul dipersiapkan, sehingga jika ada siswa sakit dapat segera ditangani dan tidak menularkan pada siswa lainnya.

Aspek kedua adalah pengelolaan mulai dari satgas covid-19 di sekolah, tim pengendali dan SOP tata tertib di kelas, serta tempat lainnya di lingkup sekolah. Para siswa juga mesti betul-betul mengetahui SOP ini, sehingga nantinya proses pembelajaran akan sesuai dengan protokol kesehatan yang telah ditetapkan. “Jangan sampai di kelas hanya 12 (siswa) tapi tetap berkerumun, percuma dong, dibuat maksimal 12 itu kan agar jaga jarak, biar terjamin makanya dibuat SOP,” terangnya.

Aspek terakhir yang mesti diperhatikan adalah pengelolaan kurikulum pembelajaran. Batas maksimal 12 siswa atau sekitar sepertiga jumlah siswa per kelasnya membuat pembelajaran di sekolah mesti bergiliran. Dengan demikian para siswa hanya akan datang ke sekolah satu kali dalam tiga pekan. Harus jelas kurikulum antara pembelajaran di sekolah dengan pembelajaran di rumah. “Di sekolah kan evaluasi, penguatan, belajarnya tetap di rumah. Kalau SMK di sekolah praktik jangan teori, kalau teori mah di rumah saja, termasuk juga pembagian tugas gurunya bagaimana, pemetaan siswa bagaimana, harus jelas itu,” tutupnya.

Wakil Kepala SMAN 1 Tempuran Sunarto mengatakan, persiapan tatap muka diajukan dalam bentuk proposal kesiapan kepada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, khususnya sarana prasarana kesehatan di sekolah maupun standar protokol kesehatannya. “Mau AKB dengan tatap muka di sekolah, maka kita layangkan proposalnya, karena kita di Tempuran zona hijau. Insya Allah bisa diproses dan disetujui,” ujarnya.

Lebih lanjut dia menyampaikan, rencananya dana Bantuan Operasional Pendidikan Daerah (BOPD) dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) akan direlokasi untuk anggaran kelengkapan sarana prasarana menuju sekolah tatap muka. Satu kelas wajib 15 siswa, penyediaan cuci tangan, termometer digital, disinfektan hingga masker sudah harus disiapkan secara menyeluruh. Meskipun aman dan disetujui, kata Sunarto, siswa atau guru dari luar kecamatan zona merah dan hitam tidak boleh ke sekolah, karena bagi luar domisili apalagi bukan zona hijau. Maka tetap diberlakukan pembelajaran jarak jauh. “Ada sedikit harapan selalu tetap muka, semoga semuanya mendukung dan selalu menerapkan protokol kesehatan,” tutupnya.

Wakasek Kurikulum SMKN 1 Tirtamulya Iin Indrawati mengatakan, proposal KBM adaptasi kebiasaan baru akan disampaikan ke KCD hari Kamis (13/8) nanti, setelah sarana dan prasarana covid lengkap. “Tirtamulya Insya Allah secara KBM sudah siap. Kami sedang tahap pemenuhan sarana dan prasarana untuk penggunaan protokol kesehatannya,” ujarnya. (din/acu)

Related Articles

Back to top button