Uncategorized

Pemuda Peduli Lingkungan Leuweung Kawung

CAT PEMBATAS JEMBATAN: Seorang anggota Pemuda Peduli Lingkungan (PPL) Dusun Leweung Kawung, Desa Mekarmulya, Kecamatan Telukjambe Barat, mengecat pembatas jalan agar terlihat lebih indah.

Bikin Kampung Lebih Indah

TELUKJAMBE BARAT, RAKA – Gerakan sosial yang diinisasi oleh para pemuda nampaknya tengah menjadi tren baik. Salah satunya adalah Pemuda Peduli Lingkungan (PPL) Dusun Leweung Kawung, Desa Mekarmulya, Kecamatan Telukjambe Barat, yang baru terbentuk pertengahan Oktober kemarin. Gerakan komunitas ini bukan hanya untuk lingkungan alam, melainkan juga untuk lingkungan sosial masyarakat.

Humas PPL Leweung Kawung Amat mengatakan, motivasi dibentuknya komunitas ini agar pemuda bisa ikut bergerak untuk lingkungan yang bersih dan asri. Disamping itu, pemuda juga menurutnya harus bisa hadir membantu masyarakat setempat. “Contoh kecilnya, kalau ada warga yang meninggal, keluarganya itu tidak perlu membeli kain, kafan tapi pemuda sudah bisa menyediakan, kalau ada yang sakit juga kita bisa membantu,” ujarnya, Selasa (27/10).

Meski belum genap sebulan terbentuk, namun akselerasi kegiatan positif yang mereka lakukan cukup tinggi. Berbagai kegiatan telah dilakukan seperti penyemprotan disinfektan, penanaman bibit cabai, dan pengecatan jembatan. “Semuanya antusias, jangankan anak muda, orang dewasa dan para sesepuh juga Alhamdulillah mendukung,” tambahnya.

Salah satu pemuda setempat, Sarip Hidayat mengaku motivasinya terlibat dalam komunitas ini untuk memajukan kampungnya. Dengan kreativitas mereka bisa mengisi waktu dengan kegiatan yang positif, mengingat sejumlah pemuda masih menganggur di masa pandemi ini, tak terkecuali dirinya yang belum lama meraih gelar sarjana. “Buat kedepannya akan lebih maju lah, gak kayak sekarang kalau di kampung itu kesannya kumuh, dengan adanya PPL ini harapannya kampung bisa lebih indah dan asri,” harapnya.

Ketua PPL Leweung Kawung Kaming menuturkan, salah satu alasan dibentuknya komunitas ini karena banyaknya organisasi kemasyarakatan namun tidak bisa merangkul sampai ke kampung. Padahal menurutnya sumder daya manusia terutama pemuda di kampungnya cukup potensial. “Ada juga yang S1, tapi mereka tidak punya wadah untuk curhat, tempat mengekspresikan hobi-hobi mereka,” tuturnya.

Kaming berkaca gerakan serupa juga bisa dilakukan di daerah lain, itulah yang meyakinkan para pemuda membentuk komunitas ini. Ia sendiri berharap para pemuda dapat lebih peduli terhadap kelestarian alam dan keluhan masyarakat. Pemuda sebagai generasi penerus minimal dapat menjadi fasilitator dan jembatan agar keluhan masyarakat tersampaikan ke pemerintah dari mulai desa, kecamatan, hingga kabupaten.

Ia berpesan agar para pemuda tetap semangat menebar kebaikan dengan ikhlas, sebab menurutnya hukum tanam-tuai masih berlaku saat ini. “Yang penting itu sajuta, sabar, jujur, tawakal,” pesannya. (din)

Related Articles

Back to top button