Emosi Anak di Bawah Lima Tahun Belum Stabil
NONTON TELEVISI: Orang tua harus mendampingi anak saat menonton televisi.
KARAWANG, RAKA- Anak usia di bawah lima tahun masuk dalam kategori masa keemasan. Pada masa ini, emosi anak belum stabil dan masih mempelajari hal-hal baru. Orang tua harus memahami fase ini dan memberikan kesempatan anak untuk berekspresi apa yang dirasakan.
Koordinator Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Ine Nirmala mengatakan, aspek sosial emosi adalah bagaimana seorang anak berinteraksi dengan lingkungannya dan bagaiamna anak tersebut mengekspresikan serta mengendalikan emosinya. Dalam aspek ini anak dilatih untuk mampu mengsikronisasikan apa yang ia rasakan dengan apa yang ia ekspresikan. “Lagi sedih bagaimana ekspresinya, lagi takut seperti apa, jadi harus matching,” katanya.
Anak usia di bawah lima tahun, lanjutnya, memiliki emosi yang belum stabil, misalnya anak tiba-tiba ikut menanis saat melihat temannya menangis. Sebab itu perlu dilatih misalnya dengan permainan ekpresi agar anak berani mengekspresikan perasaannya sendiri. “Ketidakstabilan emosi juga salah satunya tantrum, anak gampang mengamuk, itu belum bisa menguasai emosinya,” jelasnya.
Jika kemampuan sosial tidak terasah dampaknya anak cenderung akan takut untuk bertemu dengan lingkungan baru bahkan merasa tidak aman. Apalagi jika orang tua menakut-nakuti misalkan perkataan orang tua yang meminta anak untuk tidak berteman dengan anak yang bersikap kasar. Hal ini malah akan menurunkan rasa percaya dirinya. Adapun kecerdasan emosi jika tidak diasah dampaknya anak tidak menempatkan ekspresi sesuai perasaannya. Selain itu anak cenderung merasa malu untuk berekspresi dan cenderung menutupi. “Misalnya anak jatuh, sebenarnya karena mau nangis tapi karena ada ucapan orang tua bahwa anak laki-laki tidak boleh nangis, si anak menutupi meskipun sebenanrya sakit,” tuturnya.
Ine berpesan pada para orang tua untuk memberi kesempatan pada anak untuk mengekspresikan apa yang dirasakan, baik itu perasaan negatif maupun positif. Latihlah anak dengan memberikan contoh bagaimana mengeksppresikan perasaan yang tepat. Beri kesempatan anak bermain dengan siapa saja sesuai dengan usia dan lingkungannya. “Kadang orang tua suka terlalu mencampuri urusan anak, sebenarnya kita tidak boleh mengintimidasi, marahnya anak-anak kan beda dengan marahnya orang dewasa,” pintanya. (din)