18 Tahun di Pasirukem, Purwanto Nyalon Kades

CILAMAYA KULON, RAKA – Bukan hanya di ranah nasional, isu rasis juga hadir di lingkungan desa. Isu ini bukan pada tataran keagamaan, namun karena calon kepala desa yang ikut dalam perhelatan Pilkades 177 desa di Karawang ini berasal dari luar daerah, atau luar Karawang.
Seperti yang terjadi pada calon Kades Pasirukem, Kecamatan Cilamaya Kulon Purwanto atau biasa disapa Maspur. Meskipun sudah tinggal selama 18 tahun di Desa Pasirukem dan telah memiliki anak dua, para simpatisan calon Kades Pesisir Utara Karawang ini merasa disudutkan ketika lawannya melambungkan isu rasis. “Sudah 18 tahun Maspur tinggal di Desa Pasirukem. Gak etis dong isu ini naik di kancah perpolitikan manapun, apalagi sekup desa,” terang salahsatu simpatisannya Omang Abdurrohman.
Padahal menurut Omang, kedua anak dari Maspur ini lahir di Desa Pasirukem, punya usaha produksi bakso ikan. Bahkan berkat usahanya ini, sedikitnya telah memiliki aset sendiri dan sudah membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. “Mas juga aktif dalam bidang olahraga, khususnya bola voli, beliau membina, mengarahkan bahkan membiayai kegiatan bola voli dari mulai tingkat dasar latihan sampai ada event tournament di setiap daerah. Dan saya sendiri yang mengasuh anak muda dan selalu ikut berpartisifasi demi mengangkat nama Desa Pasirukem,” kata Omang lagi.
Selain kegiatan olahraga, Maspur juga aktif di bidang kegiatan sosial dan turun langsung kepada masyarakat, salah satunya kegiatan Santuanan Anak Yatim (Sanaya) yang dilaksanakan setiap hari Jumat. “Apakah dengan kontribusi yang sudah disumbangkan untuk desa kita dan keberadaan beliau yang sudah 18 tahun menjadi warga Desa Pasirukem. Kita masih tega menyematkan kata pendatang buat beliau,” tegasnya.
Menurutnya, jabatan kepala desa hanya enam tahun, ironis sekali dengan waktu yang sesingkat itu jika masyarakat masih punya pemikiran negatif tentang itu, justru karena Maspur pendatang, seharusnya masyarakat akan lebih mudah mengawasi kinerjanya tanpa ada yang bisa mempengaruhi dari pihak manapun. “Karena beliau tidak ada dinding penyekat yang membuat kita merasa enggan berkomentar,” pungkasnya. (rok)