BELAJAR DI RUMAH: Sejumlah orangtua dan peserta didik SDN Wancimekar 1, Kecamatan Kotabaru, belajar bersama di Dusun Krajan RT 02/02, Desa Wancimekar, beberapa waktu lalu.
Belajar Tatap Muka Batal-Tunggu Keluar dari Zona Merah
KARAWANG, RAKA – Upaya ribuan sekolah menyiapkan sarana protokol kesehatan, melakukan pemetaan kerawanan peserta didik, agar pembelajaran tatap muka di semester dua bisa dilakukan akhirnya kandas. Pembatalan pembelajaran tatap muka diputuskan setelah Pemerintah Kabupaten Karawang menggelar rapat pembahasan kegiatan pembelajaran di masa pandemi corona, Selasa (5/1).
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Karawang Fitra Hergyana mengatakan, kondisi Karawang yang sudah siaga satu Covid-19, membuat pemerintah daerah tidak berani mengambil resiko untuk melangsungkan kegiatan belajar mengajar di sekolah, sampai waktu yang belum dapat dipastikan.
“Untuk belajar tatap muka sepertinya akan kita undur, karena kami melihat Karawang masih zona merah,” katanya kepada Radar Karawang.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Karawang Asep Junaedi mengatakan, keputusan pembelajaran tatap muka menunggu lagi bulan berikutnya, sehingga usai libur semester ini, sekolah di Karawang masih melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Di sisi lain, dia menyebut efektivitas pembelajaran jarak jauh tersebut hanya 30 persen. “Kita mengutamakan kesehatan dan keselamatan siswa, pendidik maupun orangtua. Sehingga (pemkab) mengambil keputusan untuk tidak dilakukan pembelajaran tatap muka,” ungkapnya.
Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana mengatakan, jika Karawang sudah keluar dari zona merah, akan kembali dibahas mengenai kebijakan pembelajaran tatap muka. “Kalau masih zona merah saya rasa alangkah lebih baiknya kita tunggu sebulan, lihat kebijakan selanjutnya kalau zona ini sudah mulai aman,” kata Cellica.
Rosidah (29) wali murid kelas II SDN Rengasdengklok Selatan III, menginginkan pemerintah segera memberlakukan pembelajaran tatap muka, karena selama daring atau pembelajaran jarak jauh, pihaknya disibukkan dengan membimbing anaknya belajar. Selain itu, kata Rosidah, pembelajaran daring memakan biaya lebih besar, seperti membeli kuota internet bulanan. “Saya keberatan juga buat beli kuota, soalnya (anak) saya kan gak dapet bantuan kouta, jadi bisa 60 ribu sebulan,” jelasnya saat mengisi formulir persetujuan pembelajaran tatap muka. (mra)