HEADLINEKARAWANG

Kurang Personel, Tenaga Kesehatan Kelelahan

CURAHAN HATI SANG PETUGAS KESEHATAN: Baju hazmat yang biasa digunakan oleh petugas kesehatan selama bertugas di RSUD Karawang, menjadi media curhat keluh kesah mereka.

KARAWANG, RAKA – Tingginya angka positif Covid-19 di Karawang tidak sebanding dengan jumlah tenaga kesehatan yang tersedia. Sehingga petugas kesehatan harus bekerja lebih ekstra, agar para pasien bisa tertangani dengan baik.

Kepala Ruang Isolasi Lantai 2 RSUD Karawang Uung Susangka mengatakan, rasio jumlah tenaga kesehatan tidak sebanding dengan jumlah pasien corona yang dirawat di rumah sakit plat merah tersebut. “Kalau dilihat dari jumlah pasien, tenaga kesehatan masih kurang,” ungkapnya kepada Radar Karawang, Senin (25/1).

Menurut Uung, idealnya jumlah tenaga kesehatan yang bertugas dalam satu shift sebanyak lima orang. Sedangkan saat ini, yang bertugas mengurusi pasien corona hanya tiga orang dalam satu shift.
“Idealnya satu shift 5 nakes di lantai 2, 3 dan ruang Cikampek. Tapi ada penambahan dari CPNS 2019,” ujarnya.

Juru Bicara Satgas Covid-19 Karawang dr Fitra Hergyana mengatakan, jumlah tenaga kesehatan yang menangani pasien corona di Karawang masih sangat kekurangan. Terlebih dengan adanya penambahan ruang isolasi di beberapa hotel.
“Iya masih kekurangan untuk penanganan corona ini,” ujar Fitra.

Meski demikian, kata dia, kurangnya jumlah tenaga kesehatan tidak menjadi kendala menangani Covid-19. Sebab, seluruh dokter, rumah sakit, dan puskesmas turut serta menangani pasien Covid-19.
“Alhamdulillah tidak kesulitan, cuma agak kelelahan. Kalau datanya di Dinkes, yang pasti masih kekurangan,” jelasnya.

Lindawati, petugas kesehatan yang kesehariannya menjabat Bagian Koordinator Penghubung Dinas Kesehatan UPTD Puskesmas Purwasari, bahkan harus merangkap menjadi sopir ambulans pembawa pasien reaktif corona, saat 10 petugas kesehatan UPTD Puskesmas Purwasari positif corona. Dia mengatakan, pandemi menjadi tantangan tersendiri. Dia dan teman-temannya yang tidak terpapar corona, harus merangkap beberapa tugas karena keterbatasan jumlah tenaga kesehatan. Ia menambahkan, dengan keterbatasan tenaga kerja, dia juga rela menjadi sopir ambulans.

Pasalnya petugas yang tersisa kurang lebih 20 yang kesemuanya adalah perempuan. Dalam satu hari saja bisa dua sampai tiga kali penjemputan pasien Covid-19. “Mau gimana lagi, kita harus kerja sama melawan Covid-19. Kita harus cepat tanggap untuk menekan potensi paparan Covid-19,” tambahnya.

Programer Kesehatan Lingkungan UPTD Puskesmas Cikampek Sintia Ampera Dewi mengatakan, memiliki profesi sebagai tenaga kesehatan tentunya memiliki tantangan tersendiri, apalagi hari ini tenaga kesehatan menjadi garda terdepan pada penanganan Covid-19. “Mungkin ini terjadi dan dirasakan oleh tenaga medis di seluruh dunia,” ucapnya. (nce)

Related Articles

Back to top button