Karawang

Peretas WA Semakin Merajalela

Guru, Pengusaha Kecil, Hingga Bupati Jadi Sasaran

KARAWANG, RAKA – Peretas akun WhatsApp rupanya tahu betul sasaran yang bisa mendapatkan keuntungan haram berlipat-lipat. Tengok saja dalam beberapa minggu ini, selain akun WA guru, pengusaha kecil, warga bisa, hingga Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika pun dicatut dalam sebuah akun Facebook untuk memudahkan mendapatkan calon mangsa.

Kejadiannya begini, beberapa hari yang lalu ada akun FB bernama Anne Ratna Mustika lengkap dengan foto sang bupati, kemudian menjaring korban lewat percakapan pribadi atau bisa dikenal dengan sebutan japri. Karena yang menjapri itu adalah bupati, maka calon korban tentu senang bisa bertegur sapa langsung. Setelah calon korban meyakini kalau yang menyapanya adalah Bupati Anne, langkah selanjutnya sang calon korban diminta untuk memverifikasi WA yang akan dikirim melalui SMS. Setelah itu, calon korban diminta untuk menyalin kode SMS sebanyak enam digit.
Mengetahui dirinya dimanfaatkan oleh si peretas, Bupati Anne langsung bereaksi. Dia meminta warganet tidak percaya bila mendapatkan pesan dari akun Facebook yang mencatut nama dan foto dirinya. “Saya menghimbau warganet teliti dan berhati-hati dengan tidak memberikan kode pribadi kepada siapapun karena bisa disalah gunakan,” ujar Anne.

Anne menjelaskan selama ini dia hanya menjalankan satu akun Fanpage Facebook untuk berkomunikasi secara terbuka di media sosial Facebook. “Cuma pake Fb Halaman @AnneRatnaMustika yang memiliki lebih dari 30 ribu follower,” katanya.

Sebelumnya, guru swasta di Kotabaru, Irma (45). Akun WA nya dibajak, kemudian si pembajak bergerilya ke nomor-nomor WA dan grup WA korban dengan modus menanyakan apakah ada yang menjual pulsa? Pertanyaan itu untuk memancing rekan korban yang berbisnis pulsa elektrik. Tidak berapa lama kemudian, satu per satu teman korban yang berjualan pulsa merespon. Mendapat tanggapan dari calon korban, si penipu tersebut akhirnya meminta dikirimi pulsa ratusan ribu rupiah. “Saya kira nomornya engga kena retas. Saya sudah kirim pulsa 200 ribu rupiah, eh ternyata saya kena tipu. Karena teman saya tidak merasa membeli pulsa,” ujar Neni (32) warga Perumahan Kartika Residence, Kecamatan Klari.

Irpan Irawan (34) warga Cikopo, Bungursari, Purwakarta mengatakan, dia juga mendapat pesan WA dari korban yang dibajak akunnya. Kemudian, si pembajak meminta dia untuk mengirimkan kode OTP yang terdiri dari enam digit. “Saya tidak mau mengikuti permintaannya, karena teman saya tidak mengerti hal itu. Jadi saya acuhkan saja,” ungkapnya.

Hal serupa juga dialami Nur Alim (24), warga Wancimekar, Kecamatan Kotabaru. Dia pernah menerima telepon dari nomor yang tidak dikenal, setelah ia menjawab teleponnya, nomor tersebut mengaku pamannya yang sedang membutuhkan bantuan dalam perjalanan. Ia dimintai pulsa sebesar Rp400 ribu.
“Karena lagi punya uang langsung aja ke minimarket beli pulsa. Pas nyampe rumah ternyata mamang saya ada lagi jahit topi. Di situ baru sadar kalau saya kena tipu. Ya sudah jadi pelajaran saja,” ungkapnya.

Kasat Reskrim Polres Karawang AKP Oliestha Ageng Wicaksana membenarkan kejahatan penipuan dengan modus seperti itu terjadi di Karawang. Pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar lebih waspada saat menerima pesan, baik yang dikenal maupun tidak dikenal. Terlebih jika dalam pesan tersebut, ada arahan dari si pengirim untuk mengklik tautan, url atau link tertentu yang dikirim.

Oliestha mengatakan, masyarakat juga jangan mudah percaya apabila mendapat pesan dari orang dikenal, kemudian meminta sejumlah uang atau identitas tertentu.
“Pastikan telepon dulu melalui telepon reguler, jangan via WA,” ujarnya.

Diteruskan Oliestha, jika akun yang dicurigai diambil alih atau dihack itu tergabung dalam grup, upayakan agar admin grup segera mengeluarkan nomor itu dari grup.
“Biasanya penipuan seperti itu karena kita ngeklik link dan kemudian kena hack. Di Karawang yang saya monitor ada beberapa kasus,” ucapnya.

Menurut Oliestha, kasus kejahatan penipuan dengan modus seperti itu termasuk kasus yang sulit diungkap. Ia juga mengatakan jika penipuan tersebut biasanya pelaku dari luar Jawa.
“Sulit banget. Ada jaringan lapas di beberapa daerah,” tambahnya. (nce/gan)

Related Articles

Back to top button