Uncategorized

Petahana Bertumbangan

CILAMAYA, RAKA – Pesta rakyat di 67 desa sudah usai. Sejumlah petahana harus mengakui keunggulan suara para penantangnya, meskipun tidak sedikit juga inkumben yang masih perkasa dalam hajat pemilihan kepala desa (pilkades).

Namun, nasi sudah jadi bubur. Pilkades 11 November yang merupakan puncak kompetisi juga sudah berakhir. Menengok perasaan sejumlah petahana yang tumbang, diantara mereka ada yang sudah legowo, namun juga masih ada yang menggerutu biang kekalahannya.

Seperti yang dialami petahana Desa Sumurgede Kecamatan Cilamaya Kulon Yahya Sulaeman. Melihat jumlah suara yang diraih, dirinya tidak bisa berbuat banyak karena pilkades dan prosesnya dia akui berjalan profesional. Mengantongi 822 suara, jumlahnya masih jauh dari empat calon kades lainnya di Sumurgede. “Kekelahan saya mungkin lantaran kalah duit,” ungkapnya kepada Radar Karawang, kemarin.

Ia melanjutkan, semua itu dinamika. Dia pasrah dan legowo, Selebihnya tetap siap mendukung kades baru dan semua programnya yang akan memberi kemaslahatan bagi masyarakat Sumurgede. “Ya pasrah saja sama Allah, segitu adanya. Mungkin semuanya itu memberondong suara saya yang sebelumnya memang tinggi. Legowo saja,” katanya.

Disinggung apakah akan ada upaya gugatan seperti pilkades tahun sebelumnya, yang habis-habisan dilayangkan gugatan terhadap bupati. Yahya mengaku, dia tidak akan sama dengan yang lain dan yang lalu. Sebab dia pastikan tidak akan ada gugatan apapun atas hasil pilkades ini. “Saya memang sudah diarahkan oleh Allah SWT untuk kembali fokus menjadi masyarakat, dan kuncen Makam Adipati Singaperbangsa. Selebihnya saya harus mengemban tugas sebagai kades sampai tuntas yang kurang dari sebulan lagi,” ujarnya.

Calon kades inkumben lainnya adalah Neng Rasmi. Kades Pulosari Kecamatan Telagasari ini harus tumbang, setelah suaranya dirontokan selisih 101 suara dari lawannya Kana Sanusi, yang tak lain paman dari Wakil Bupati Karawang Ahmad Zamakhsyari.

Sebagai calon inkumben, kades yang akrab disapa Haji Ami ini sadar betul bahwa yang dihadapinya itu bukan sebatas calon kades, tetapi melawan wakil bupati yang berada di belakang calon lawannya. Dengan hanya selisih 101 suara, Ami mengklaim kekalahannya adalah kemenangan karena masyarakat Pulosari masih banyak mempercayakan suara padanya.

Sementara mereka, sebut Ami sudah terlihat arogan menjelang pilkades. “Menggugat juga mau gugat apalah. Kita kalah juga menang kok. Sebab melawan petinggi (wabup) hanya beda 101 saja selisihnya,” seloroh kades perempuan pertama Desa Pulosari ini.

Petahana yang kalah lainnya dari Desa Lemahabang, Rusli Sumawinata mengaku, sebagaimana dalam fakta integritas yang tertulis siap menang dan siap kalah, dirinya konsekwen dan legowo menerima realitas ini. Karena pilkades adalah media kompetisi yang harus disadari adanya kemenangan dan kekalahan. Adapun gugatan kepada siapa, untuk siapa dan untuk apa harus ada gugatan, dia rasa tidak perlu. Karena gugatan patut dilayangkan kepada kondisi sosial masyarakat, sebab pilkades adalah produk masyarakat. “Lihat saja hasilnya nanti. Mohon maaf atas segala kekurangan. Insya Allah saya konsekwen ikuti fakta integritas,” tandasnya. (rud)

Related Articles

Back to top button