Sungai Citarum Mulai Berbahaya
KARAWANG, RAKA – Ngiinggg…Suara sirine dari Sistem Informasi Kesiapsiagaan Rakyat Citarum (Sigap Tarum) atau sensor ultrasonic yang dipasang di bantaran Citarum, Kelurahan Nagasari, Kecamatan Karawang Barat, berbunyi pertama kali pada pukul 03.00, Minggu (7/2) sejak dipasang awal Februari 2021. Bunyi yang tidak biasa itupun jadi perhatian warga setempat.
Empat jam kemudian, tepatnya pukul 07.00 WIB, sirine bersuara bising itupun kembali berbunyi. Dan enam jam kemudian, pukul 13.00 suara yang sama kembali terdengar sebelum hilang karena tenggelam pada pukul 14.00 WIB. Beberapa menit kemudian di Perumahan Karaba Indah, Desa Wadas, Kecamatan Telukjambe Timur, air sungai Citarum perlahan tapi pasti memasuki pemukiman. “Air bertahap masuk ke pemukiman sejak pukul 14.20. Mulai dari got sampai ke jalan, lalu ke rumah. Air paling tinggi selutut orang dewasa di Blok FF,” ungkap Rian (22) warga Karaba Indah kepada Radar Karawang, kemarin.
Inisiator Sigap Tarum Willy Firdaus mengatakan, sensor ultrasonic dipasang dengan tiga lampu indikator yaitu hijau yang menandakan waspada, warna biru bertanda siaga, dan merah berarti bahaya. Jika air Citarum mencapai masing-masing warna tersebut, maka akan ditandai dengan bunyi sirine.
“Sirine berbunyi pukul 03.00 dini hari, dan sirine kembali berbunyi pukul 07.00 WIB yang menandakan ke level siaga. Kemudian air Citarum terus naik, sehingga sirine penanda ke level bahaya kembali berbunyi pukul 13.00 WIB. Karena air terus naik dan deras pada pukul 14.00, akhirnya alat sensor ultrasonic itu tenggelam dan tidak bisa diselamatkan. Tapi arus listriknya sudah diputus,” jelas Willy kepada Radar Karawang.
Menurut dia, di tahun sebelumnya jika ketinggian air di level 15.50 sampai 16 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu air sudah masuk ke wilayah Karaba. Namun tahun ini tidak terjadi, karena intensitas hujan di Karawang tidak terlalu deras, tapi hujan deras ini terjadi di Purwakarta dan Bogor, sehingga Karawang hanya dapat limpasan dari dua daerah tersebut.
“Kalau misalkan dibarengi dengan hujan deras di Karawang, itu bisa terjadi bencana untuk semua seperti Karangligar, Lewisisir sama Karaba. Walaupun sekarang Karangligar sama Lewisisir sudah agak terendam, tapi tidak terlalu besar,” katanya.
Willy meminta agar warga tetap waspada dan siaga untuk mengamankan barang-barang berharga karena hujan masih mengguyur wilayah Karawang, terutama daerah selatan dan Telukjambe.
“Tetap waspada dan siaga, terutama daerah yang biasa terkena banjir itu barang-barangnya mulai dievakuasi ke tempat yang lebih tinggi, takutnya di malam hari air naik,” pungkasnya.
Berdasarkan informasi dari Badan Metrologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hari ini dan Selasa, Kabupaten Karawang diprediksi masih diguyur hujan hari berintensitas variatif. Hari ini misalnya, hujan ringan akan mengguyur siang hingga malam. Sedangkan tengah malam berawan. Hujan akan mengguyur kembali sekitar pukul 01.00, Selasa (9/2). Pagi hari berawan, siang kembali hujan ringan. Sore sampai malam berawan.
Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan, menurut pengamatan BMKG, pengaruh Monsoon Asia serta pertemuan angin dari Asia dan Australia yang memperlihatkan anomali, mengarah pada penguatan curah hujan tinggi di sebagian wilayah Indonesia. BMKG memperkirakan dalam tiga hari ke depan, curah hujan dengan intensitas sedang dengan durasi panjang, dapat disertai petir dan kilat serta angin kencang berpotensi terjadi di sejumlah daerah di Jawa Barat. Yakni Kabupaten Bogor, Sukabumi bagian dan selatan, Cianjur wilayah Utara, Purwakarta, Karawang, Bekasi, Kabupaten dan Kota Bogor. Lalu, Sumedang, Indramayu, Majalengka, Cirebon, Ciamis bagian selatan, Kota Banjar, Kabupaten dan Kota Tasikmalaya serta Pangandaran. “Berdasarkan prakiraan cuaca berbasis dampak untuk siaga banjir, banjir bandang, 7-8 Februari, potensi dampak bencana dengan status siaga di Jabar yakni Kabupaten dan Kota Bogor, Karawang bagian Utara, Bekasi bagian Utara dan Sukabumi bagian Utara,” katanya. (mra)