Kades Tegalsari : Bijak Pakai Medsos

KLARIFIKASI : Anaknya Bah Sukri tengah dimintai keterangan oleh PSM Desa Tegalsari, Kecamatan Cilamaya Wetan.
CILAMAYA WETAN, RAKA – Nampaknya untuk bijak dalam beselancar di media sosial itu tidak mudah. Terlebih fasilitas pendukungnya sudah sangat mudah dimiliki oleh semua orang, bahkan dari berbagai kalangan.
Tak jarang konten berbau kekerasan, sosial, ekonomi, hingga isu-isu sara bermunculan di media sosial. Yang pada akhirnya, sikap latah pun menjalar kepada masyarakat awam.
“Kadang, kebanyakan masyarakat tak tau mana konten yang pantas dibagikan ke media sosial, mana yang harus menjadi pengetahuan atau koleksi pribadi. Pokoknya upload terus,” ujar Kades Tegalsari, Kecamatan Cilamaya Wetan, Awang Wibisono.
Ia berharap, siapapun yang memiliki aplikasi media sosial, bisa dengan bijak dalam menggunakannya. Memang sih urusan pribadi, kata Awang, hanya saja akan merugikan diri sendiri jika hal itu terus terulang.
Seperti salahsatu contohnya yang beredar informasi di jejaring sosial, yang menceritakan adanya seorang kakek-kakek bernama Kakek Sukri (74). Tinggal seorang diri di tanggul Dusun Kebon 1 RT 04/01 Desa Tegalsari Kecamatan Cilamaya Wetan.
Dalam jejaring sosial grop itu, rumah Kakek Sukri mengalami kebanjiran hingga menggenagi rumahnya dan membuat alas tidurnya basah. Bahkan, anaknya disebut-sebut tidak memiliki kemampuan untuk membantu atau merawatnya.
Sementara kondisi Kakek Sukri sudah renta akibat termakan usia, ditambah dengan kakinya yang cacat, sehingga untuk berjalan saja perlu bantuan kursi plastik sebagai penyangga.
Hanya saja, dalam group jejerang sosial itu, keprihatinan Kakek Sukri diungkap dramatis dan menyebutkan bahwa kakek yang hobi koleksi ular ini tidak makan jika tidak ada yang memberi, atau tidak ada yang diminta tolong untuk membeli makan.
Tempat tinggalnya pun hanya memiliki satu bohlam lampu penerangan, itupun bantuan dari rumah di seberang saluran, rumah tidak memiliki daun pintu, dan tidak ada MCK. Hidupnya, ditemani 8 ekor kucing dan 1 ekor anjing yang tidur satu amben dengan Pak Sukri.
Pak Sukri mengaku tidak memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS), tidak memperoleh bansos, dan belum pernah menerima bantuan apapun dari pemerintah.
Menyikapi hal tersebut, Kades Tegalsari Awang Wibisono mengklarifikasi bersama PSM setempat. Faktanya, pemerintah desa bicara langsung dengan anaknya soal kondisi sebenarnya Kakek Sukri, hasilnya memang kakek Sukri sendiri tidak mau pindah ke rumah anaknya, meskipun dibujuk agar pindah karena kondisi rumah dan lokasi yang tidak baik. Dari keterangan anaknya, Kakek Sukri tetap ngotot keukeuh tidak mau direlokasi pindah bersama anaknya.
Kata Awang, anaknya Kakek Sukri juga bingung harus bagaimana, karena berulangkali dibujuk pindah, tetap tidak mau. Memang, kakek-kakek itu tinggal sendiri, tidur sendiri. Padahal, ketika sakit, anaknya juga tak jarang membujuknya untuk berobat ke Klinik/Rumah Sakit, tapi pak Sukri tetap ngotot tidak mau, dan memilih diobati dengan obat warung biasa saja. “Bukan saja anaknya, keponakannya bernama Kokom yang rumahnya dekat, juga sering membujuk untuk berpindah, tapi tetap tidak mau,” katanya.
Adapun keterangan yang menyebutnya ingin di jemput keluarga, sudah dilakukan jauh-jauh hari dan faktanya memang Kakek Sukri tetap tidak mau berpindah. “Klarifikasi ini sudah saya sampaikan ke kecamatan, dan lainnya, langsung dari anak Kakek Sukri yang perempuan,” ungkapnya. (rok)