Uncategorized

Relawan Tidak akan Melupakan Bencana Banjir Tahun Ini

EVAKUASI KORBAN: Sejumlah relawan membawa korban banjir ke tempat aman, Sabtu (20/2) lalu.

TELAGASARI, RAKA- Tak bisa di minta memang, namun dengan bencana banjir yang melanda masyarakat Karawang beberapa hari terakhir ini cukup menyisakan duka. Bagaimana tidak, curhatan relawan yang coba mengevakuasi menilai, banjir tahun 2021 cukup membuatnya panik.
Banyak diantara masyarakat yang sebelumnya tidak pernah mengalami banjir, kemarin banyak yang terkena dampaknya. Meskipun saat ini mulai surut, masyarakat pun mulai berbenah, namun bencana banjir tahun ini di nilai paling parah. “Banjir tahun sekarang mah ‘soak’ pokoknya mah, proses evakuasi sampai jam dua malam belum selesai. Banyak korban yang sebelumnya tidak merasakan, tahun sekarang kebagian,” ujar salah satu relawan asal Telagasari, Nurhasan.

Proses evakuasi bukan hanya orang sehat, banyak lansia yang terjebak, urusannya nyawa dan bukan ibu hamil yang mau melahirkan saja, bahkan ada yang masyarakat yang sehat tak sadar situasi. Sehat tapi lebih mementingkan nyawa sendiri daripada bumil ataupun lansia. “Ada masyarakat yang mikirin dirinya sendiri, gak sadar kalau masih banyak yang membutuhkan, malah dia ingin selamat sendiri,” ujarnya.

Menurutnya, hal itu akibat luapan air yang begitu besar dan sudah tak terkontrol. Bahkan ia dan relawan lain saat mengevakuasi warga Tegalluhur, Telukjambe sendiri pun mengaku sempat panik karena situasi. “Kita mengevakuasi bergantian dan terpaksa harus berenang dan mendorong di dalam air, tim yang tidak bisa renang di atas pegang kemudi. Parah banget, saya sempat panik airnya gede,” kata Nurhasan.

Bahkan hampir satu desa itu masyarakatnya panik semua, karena di kepung air 3 meter. Ia pun merasa iba dengan lansia, bayi, bumil dan orang sakit. “Semunya sudah pani, sampai berebut naik perahu ingin menyelamatkan diri masing-masing. Tidak mau tahu ada orang sakit, ibu hamil, bayi, yang penting bisa naik perahu,” jelasnya.

Bahkan ia sendiri sempat hampir kambuh lambung nahan emosi, apalagi pas bawa nenek-nenek naek kursi roda pakai parahu di kedalaman 3,2 meter jam 2 malam. “Dingin, berenang mendorong perahu membawa yang stroke empat orang sendirian, soalnya yang lain kecapean,” ceritanya.
Saat proses evakuasi, tambang diikat di dada seperti pakai tas selempang.

Kalau ketemu yang lebih dalam, berenang sambil di dorong. Relawan lain yang gak bisa berenang naek di atas, soalnya kalau di atas semua gak cukup, kelebihan muatan. “Pokonya banjir sekarang mah bikin panik,” terangnya. (rok)

Related Articles

Back to top button