Geng Baru Cari Perhatian, Bikin Onar Berujung Bui
PEMBUAT ONAR: Sejumlah remaja yang tergabung dalam geng All Star dibekuk oleh Polres Karawang. Mereka para pembuat onar yang bikin resah masyarakat.
KARAWANG, RAKA – Beberapa hari terakhir ini warga Karawang diresahkan oleh aksi kriminal anak-anak isungan. Mereka bukan anak geng yang sudah malang melintang di dunia jalanan. Tapi kelompok geng baru yang mereka namai All Star.
“Lagi cari perhatian, lagi cari nama, makanya bikin onar,” ungkap Safri (25) warga Desa Duren, Kecamatan Klari, kemarin.
Ia melanjutkan, sempat melihat anak-anak All Star membuat ulah di wilayah Kosambi. Mereka seenaknya menganiaya warga yang tidak bersalah di pinggir jalan. “Kepolisian harus menangkap mereka sampai ke akar-akarnya. Jika dibiarkan, mereka akan tambah parah. Maklum geng baru, pasti lagi cari nama,” ujarnya.
Tidak butuh waktu lama, akhirnya Polres Karawang menangkap belasan anggota All Star yang diduga menjadi biang tawuran yang terjadi di Jalan Baru, Cengkong, dan Purwasari. AKBP Rama Samtama Putra melalui Kasatreskrim Polres Karawang AKP Oliestha Ageng Wicaksono mengungkapkan, pihaknya sudah mengamankan 11 orang yang diduga merupakan anggota geng tersebut, sekaligus mengamankan delapan Kendaraan sepeda motor yang tidak dilengkapi dengan surat-surat.
Menurut dia, belasan anggota geng motor tersebut rata-rata berusia 13-19 tahun. Daat diperiksa, mereka pun telah mengonsumsi obat obatan terlarang dan hal itu diketahui setelah dilakukan tes urine. Selain menangkap para pelaku, polisi juga mengamankan delapan unit sepeda motor. “Kita juga menemukan senjata tajam (sajam) jenis cerulit, pisau kecil dan obat obatan terlarang. Saat ini mereka masih menjalani pemeriksaan lebih lanjut,” ujar Oliestha.
Oliestha berharap masyarakat dan orang tua untuk mengawasi anak-anaknya yang masih di bawah umur. Para pelaku geng motor yang membuat keributan rata-rata masih berstatus pelajar. ” Harus diawasi karena mereka gampang diprovokasi,” katanya.
Ia melanjutkan, selama Ramadan ini, pihaknya telah memperketat pengamanan dengan menerjunkan anggotanya ke sejumlah lokasi titik rawan aksi kelompok pemuda atau gengster di Karawang, untuk melakukan patroli, hanya letak kejadian aksi tawuran dan tindak kriminalitasnya, hampir serupa dengan lainnya. “Bisa dikatakan secara acak atau bisa terjadi dimana saja, sehingga pihak kepolisian tidak selalu dapat memetakan kejadian,” terangnya.
Staf Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Karawang Karina Nur Regina menyampaikan aksi konvoi dengan membawa senjata tajam adalah salah satu bentuk kenakalan remaja. “Kenakalan seperti ini bukan hanya membahayakan dirinya namun juga membahayakan orang lain,” ucapnya.
Regina menjelaskan dari sisi psikologis faktor pendorong mereka berbuat demikian adalah terbentuknya konsep diri negatif dan emosi yang belum matang. Melihat dua hal ini kenakalan remaja erat kaitannya dengan kematangan mental mereka. Konsep diri adalah bagaiamana seseorang memandang dirinya baik itu fisik, karakter, maupun motivasi diri. Dalam konsep diri individu mengetahui kelemahan serta kekuatan yang dimilikinya. Semestinya semua aspek ini mengarah kepada hal positif. Namun jika persepsi individu terhadap dirinya, persepsi orang lain tehadap individu tersebut diri sendiri, dan kondisi yang diinginkan semuanya negatif, maka tentu konsep diri yang terbentuk pun negatif. Adapun perihal kematangan mental adalah kemampuan individu mengontrol emosi secara tepat dan mengekspresikannya dengan cara yang diterima masyarakat. Ketika konsep diri baik maka si anak akan malu untuk berbuat sesuatu yang tidak baik di mata orang lain. “Mereka akan sibuk bagaimana caranya membuat orang lain justru nyaman dengan dirinya,” tuturnya.
Ia melanjutkan, masa remaja adalah masa peralihan dari usia kanak-kanak menuju usia dewasa. Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap yang kekanak-kanakan serta berusaha mencapai kemampuan berperilaku dan bersikap dewasa. Pada masa remaja ini adalah masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman sebaya. Kematangan mental seyogyanya berkorelasi positif dengan usia. Namun demikian, kematangan mental juga dipengaruhi bagaimana lingkungan orang tua, teman sebaya memberi perlakuan. “Usia bertambah, emosi seharusnya juga (mental) semakin matang,” ucapnya. (mal/psn)