Minat Baca Anak Masih Rendah
FASILITASI BUKU: Sejumlah buku bacaan digelar agar anak-anak gemar membaca.
CILAMAYA WETAN, RAKA- Perkembangan literasi dinilai memprihatinkan. Masih minim masyarakat yang rajin membaca buku. Fahrul, pegiat literasi warga Desa Rawagempol Kulon, Kecamatan Cilamaya Wetan menginisiasi lahirnya perpustakaan Jalanan Baca Kami yang merupakan salah satu Taman Baca Masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan literasi.
Perpustakaan Jalanan Baca Kami memiliki slogan Kami Perlu Dibaca. Slogan tersebut sederhana namun, secara pribadi merasa tersindir. Mengapa slogan tersebut kami pilih? Karena umumnya orang mempunyai jiwa menimbun. Misalnya saat sebuah buku sedang menjadi trending topic banyak orang berlomba-lomba membeli buku tersebut. Juga ketika sedang ada pameran buku murah, kebanyakan pengunjung memborong buku-buku tersebut.
Akan tetapi apakah semua buku tersebut dibaca pemiliknya? Seringkali sebagian buku hanya menjadi tumpukan sampah yang semakin lama semakin usang. Padahal sejatinya membeli buku tanpa membacanya adalah sama seperti membeli buah-buahan lalu membiarkannya membusuk. “Buku juga bisa membusuk dalam arti lama tak terjamah, usang, berdebu, dan bisa rusak dimakan rayap. Meskipun demikian niat membeli buku sudah baik dan perlu disyukuri, tinggal meningkatkan minat baca dan memanfaatkan buku tersebut,” kata Fahrul.
Perpustakaan Jalanan Baca Kami bermula dari keinginannya untuk berbagi buku-buku koleksi pribadi, dengan catatan mesti dibaca di tempat. Ia mengaku tidak ingin egois menyimpan ilmu, pengetahuan dan pengalaman, yang ada dalam buku tersebut buat dirinya sendiri. “Saya ingin berbagi dengan menyediakan lapak baca gratis untuk membaca buku bersama-sama, dan sharing hal-hal kecil,” akunya.
Menurutnya, penyebab dan Solusi Rendahnya Minat Baca, rendahnya minat baca masyarakat sangat mempengaruhi kualitas suatu bangsa. Sebab dengan minat baca yang rendah, pengetahuan masyarakat di negara tersebut juga rendah juga, sehingga tidak bisa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi di dunia. “Kemajuan suatu bangsa berbanding lurus dengan unggulnya sumber daya manusia di negara tersebut. Salah satu upaya meningkatkan keunggulan tersebut dengan menumbuhkan budaya baca sebagai kebutuhan sehari-hari,” terangnya.
Kenapa minat baca masyarakat masih rendah? tanyanya, pertama, kurangnya kebiasaan atau budaya membaca sejak dini. Anak selalu mengikuti kebiasaan para orang tua. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Namun bagaimana dengan perempuan yang jangankan wajib belajar 9 tahun, sekolah dasar saja tidak lulus? Apakah harus menyalahkan perempuan tersebut? Tentu tidak, karena bisa saja dulunya sekolah itu mahal, karena faktor ekonomi keluarga tersebut tak mampu mengakses pendidikan.
Kedua, akses dan fasilitas pendidikan belum merata. Sudah sering kita membaca dan mendengar berita mengenai banyak anak yang putus sekolah, kegiatan belajar mengajar tidak mendukung, dan panjangnya rantai birokrasi dalam dunia pendidikan. Selain itu masyarakat harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk membeli buku yang diminatinya. Ia mengira hal-hal tersebut yang menghambat literasi di negeri ini.
Lalu solusi apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi rendahnya minat baca? Untuk faktor pertama ia kira harus ditumbuhkan paradigma membaca sebagai sebuah kebiasaan. Caranya dengan menanamkan kebiasaan membaca sejak dini. Seperti halnya makan dan minum yang merupakan kebutuhan pokok, maka harus ditumbuhkan kebutuhan membaca. Jika tidak makan dan minum akan terasa lapar, seharusnya jika belum membaca juga akan terasa ada sesuatu yang kurang. Contoh kecilnya dalam keluarga para orang tua hendaknya sebelum tidur membacakan sebuah buku atau cerita. Karena dari hal kecil semacam ini menjadikan sebuah karakter yang kuat bagi anaknya nanti. (rok)