Remaja Junti Produksi Susu Kedelai
MANDIRI: Anak-anak yang didominasi kaum pelajar itu sudah lebih satu tahun memproduksi susu kedelai. Hanya saja, usaha yang mereka geluti kekurangan modal sehingga produksinya hanya setiap hari Sabtu.
Kekurangan Modal, Pembuatan Seminggu Sekali
KUTAWALUYA, RAKA – Beragam cara untuk memanfaatkan waktu luang bagi pemuda desa, salah satunya melalui usaha produksi susu kedelai yang dilakukan remaja Dusun Junti Barat, Desa Kutagandok. Anak-anak yang didominasi kaum pelajar itu sudah lebih satu tahun memproduksi susu kedelai, bermula mereka menjalankan usaha tersebut dengan memakai uang hasil patungan sebesar Rp5.000 per anggota lantaran tidak ada bantuan dari pemerintah. Sebelum menjalankan usaha susu kedelai, puluhan orang yang tergabung dalam Pusat Informasi Konseling Remaja (PIKR) bentukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional atau BKKBN itu fokus melakukan diskusi atau penyuluhan mengenai kenakalan remaja seperti mengkampanyekan anti narkotika atau say no to drug, pencegahan sexsual dini, bahkan sempat menangani permasalahan bullying di salah satu SD wilayah Desa Kutagandok.
Kemudian untuk melampiaskan kejenuhan anggota, para remaja Dusun Junti Barat berinisiatif memproduksi susu kedelai setiap hari Sabtu, dan ini sudah berjalan sejak bulan Februari 2020. Setiap minggunya mereka dapat mengolah tiga sampai enam kilogram bahan pokok menjadi susu kedelai. Sementara ini para anggota hanya dapat memasarkan susu kedelai melalui media sosial dan ke sejumlah warung di lingkungan Desa Kutagandok. Paling lama dua sampai tiga hari susu kedelai tersebut habis terjual.
Meski usaha yang digeluti para remaja itu sudah menginjak satu tahun, bukan berarti tanpa ada kendala. Inisiator produksi susu kedelai Arif Munardi mengatakan, melalui usaha yang sedang berjalan ini sebagai cara untuk mengembangkan potensi diri para remaja, sehingga kedepannya diharapakan para pemuda ini bisa berwirausaha. “Pemasukan hasil jualan ini masuk ke uang kas organisasi, kemudian digunakan lagi untuk modal produksi,” jelasnya, kepada Radar Karawang saat ditemui di tempat produksi, Dusun Junti Barat, Desa Kutagandok.
Selian butuh kerjasama antar anggota untuk mengembangkan usaha susu kedelai ini, Arif meminta pemerintah supaya mendukung penuh kegiatan yang dilakukan oleh PIKR terutama dalam hal materi, karena sampai saat ini pihak BKKBN yang membentuk PIKR pun baru hanya memberikan dukungan secara moral. Padahal untuk memajukan usaha yang sudah dilakoni para remaja ini memerlukan biaya tambahan. “Jelas bantuan anggaran ini sangat dibutuhkan, cuma belum ada perhatian lebih, sampai saat ini masih baru sebatas suport secara moril doang,” kata Arif.
Lebih lanjut Arif mengungkapkan salah satu alasan produksi susu kedelai hanya bisa dilakukan setiap hari Sabtu, lantaran kekurangan modal, padahal bisa saja memproduksi tiga kali dalam satu minggu itupun kalau ada modal tambahan dan alat produksi yang mumpuni. Walaupun begitu, kata Arif teman-teman PIKR sudah bisa memiliki kaos seragam hasil dari usaha susu kedelai. “Usaha yang sampai sekarang masih berjalan ini hasil dari modal awal yang terus diputar, jadi sepintar-pintar kita aja memenej keuangannya,” katanya.
Untuk bantuan yang telah diterima yaitu alat mesin juicer dan haller atau pengupas kulit kacang dari Mahasiswa Unsika. Arif menambhakn adapun susu kedelai yang siap jual itu dalam kemasan cup dengan harga Rp2000 dan dalam kemasan botol seharga Rp5000.
Sri Dewi Nawang Wulan (16) anggota PIKR yang baru bergabung satu bulan yang lalu mengaku merasa difasilitasi dengan adanya usaha produksi susu kedelai ini, karena bisa memanfaatkan waktu luang dan belajar berwirausaha walaupun dirinya masih duduk di bangku sekolah. “Saya tertarik ikut gabung karena banyak pengalaman dan waktu juga tidak kebuang sia-sia,” pungkasnya. (mra)