KARAWANG

Taman Baca Pelosok Bumi

MENGAJAR BACA TULIS: Tiga orang anak Dusun Cilele sedang belajar membaca dibimbing oleh relawan dari Komunitas Taman Baca Pelosok Bumi.

Total Mengabdi untuk Pendidikan

KARAWANG, RAKA – Bagi yang mengaku guru, pecinta dunia pendidikan, rasanya malu jika melihat perjuangan guru-guru pelosok yang tetap mengajar meski dengan segudang keterbatasan. Di Kabupaten Karawang yang digadang-gadang sebagai kota industri, ternyata ada sekolah yang berada di tengah hutan. Akses jalan menuju sekolah itupun masih rusak, apalagi saat diguyur hujan. Dipastikan kendaraan tidak bisa masuk, karena tanah jadi lumpur. Hal itu menjadi perhatian khusus bagi komunitas Taman Baca Pelosok Bumi.

Ketua Taman Baca Pelosok Bumi Andi Sukaryadi mengatakan, kondisi jalan menuju SDN Wanajaya III ini cukup parah, terlebih lagi saat musim hujan. Untuk sampai ke lokasi sekolah itu membutuhkan lebih dari satu jam dengan berjalan kaki.

Waktu tahun 2019, Taman Baca Pelosok Bumi ikut andil mengajar di SDN Wanajaya III, jalan menuju Dusun Cilele ini masih sempit, bahkan Andi menyebutnya seperti hutan belantara, karena kanan kiri jalan masih dipenuhi pepohonan, bahkan rumah penduduk juga masih jarang. Kemudian mulai 2020, jalan menuju sekolah SDN Wanajaya III ini mulai lebar, karena daerah tersebut dilintasi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, sehingga banyak mobil-mobil besar masuk ke daerah tersebut.

Meski demikian, saat musim hujan seperti ini sejumlah anggota Taman Baca Pelosok Bumi memilih berjalan kaki menuju SDN Wanajaya III, lantaran jalannya licin dan berlumpur.
“Tantangan kita hanya perjalanannya saja, karena dengan kondisi jalannya yang becek. Mungkin temen-temen relawan yang datang ini bisa menempuh perjalanan dua jam,” jelas Andi kepada Radar Karawang.

Andi menyebut, yang membuat komonitas ini membantu mengajar di SDN Wanajaya III, karena jumlah guru di sana hanya satu orang, ditambah harus mengajar lebih dari seratus orang mulai dari siswa SD, SMP, dan SMA. Lebih dari itu, menurut Andi, pertama dia dan teman dari satu komunitasnya mengajar di sana, ternyata kedapatan siswa kelas VI, bahkan SMP masih ada yang belum bisa membaca.
“Jadi perlahan kita bantu, untuk program tahun 2021 ini bagaimana caranya mereka bisa baca tulis saja, setelah masuk kelas tiga (SD) bisa mengikuti pelajaran yang lain. Karena kuncinya yang penting anak-anak bisa baca dan tulis dulu,” ujarnya.

Belajar mengajar yang dlakukan oleh komunitas taman baca ini merupakan kegiatan rutinitas yang sering dilaksanakan setiap satu bulan dua kali, yaitu di Sabtu pertama dan ketiga. Namun, belakangan kegiatan belajar mengajar kerap dilaksanakan setiap satu Minggu satu kali. Andi menjelaskan, SDN Wanajaya III di Dusun Cilele ini merupakan kelas jauh dari SDN Wanajaya III yang berada di Kaligandu.
“Bagaimana pendidikan akan maju, kalau misalnya warga-warga di pelosok ini tidak diperhatikan dan tidak disiapkan fasilitas yang baik,” pungkasnya. (mra)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button