GERBANG SEKOLAH

Bemsika Rajin Kampanye Literasi

Bengkel Menulis dan Kreativitas

KARAWANG, RAKA – Sejak terbentuk tahun 2016, Bengkel Menulis dan Kreativitas (Bemsika) yang digagas anak-anak Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Singaperbangsa Karawang, rajin mengkampanyekan literasi. Ketua Bemsika Siva Nurul Qolbi mengatakan, kegiatan mereka tak lepas dari dunia literasi. Misalnya kegiatan mingguan mereka mengadakan diskusi karya tulis seperti puisi dan novel. “Entah itu karya yang dimuat di koran, atau anggota Bemsika yang punya karya kita diskusikan bareng-bareng,” ucapnya.

Selain kegiatan mingguan, mereka juga rutin mengadakan kegiatan bulanan berupa meresensi buku bersama. Setiap anggota Bemsika wajib membedah buku dan menceritakan pengalaman membacanya kepada anggota lain. Adapun kegiatan tahunan mereka mengadakan workshop kepenulisan dengan mengundang penulis nasional. “Biasanya kalau ada perlombaan suka diadakan kelas menulis juga baik itu cerpen atau essay,” jelasnya.

Ia sendiri menilai, budaya literasi sangat penting bagi mahasiswa, sebab dapat menambah wawasan, bukan hanya akademik tapi juga di luar hal itu. Dengan literasi juga melatih kemampuan mahasiswa untuk menulis, sebab menulis itu sendiri bagian paling sulit diantara mendengar, membaca, dan berbicara.

Sementara itu anggota Bemsika lainnya Saskia Monalisa (22) mengaku, merasakan banyak manfaat dengan bergabung Bemsika. Ia merasa benar-benar punya keluarga dengan minat dan bakat yang sama. Sebab menjalani minat dan bakat itu akan lebih seru jika dilakukan bersama-sama dalam 1 wadah. “Bahkan berpengaruh kepada kuliah sendiri, karena saya ambil konsentrasi sastra juga, sudah ngeklop banget,” ceritanya.

Lebih dari itu, ia juga merasa wawasan literasinya bertambah baik di luar maupun di dalam kampus. Sebelum gabung Bemsika, pengetahuannya tentang tokoh-tokoh sastra tak seberapa, namun setelah bertukar pikiran dengan anggota lainnya ia lebih mengenal beberapa tokoh sastra dan karyanya. “Saya pernah benar-benar diarahakan bagaiamana menulis yang baik itu, menulis itu bukan hanya menuangkan pikiran, tapi harus diasupi dengan membaca,” tuturnya.

Ia juga menilai budaya literasi sangat penting bagi mahasiswa, sebab tanpa itu mereka akan kurang dalam kemampuan bercakap, kurang wawasan bahkan berpengaruh pada pola pikir. Mahasiswa yang banyak membaca akan berpengaruh terhadap tutur kata dan etika. “Dan bagaimana cara menghadapi suatu masalah, bagaimana dia memandang masalah itu, punya pola pikir berbeda dan bisa menyelesaikan masalahnya,” pungkasnya. (nad)

Related Articles

Back to top button