KKN Musim Corona, Isinya Motivasi
MOTOVASI SISWA: KKN mahasiswi UIN Bandung di Desa Parungbanteng.
PURWAKARTA, RAKA – Menumbuhkan semangat menempuh pendidikan di pedesaan perlu didorongan semua pihak. Kesadaran bersekolah di pedesaan, apalagi daerah terpencil, sangat berbeda dengan di perkotaan yang sangat tinggi.
Di Desa Parungbanteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta misalnya, masih banyak ditemukan anak yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Bahkan, masih banyak orang tua yang tidak peduli dengan pendidikan anaknya.
Itulah yang mendasari Tanissa Puti Rahmadiva, mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung, menggelar seminar terbatas bertajuk Motivasi Pendidikan di Era Pandemi Covid-19. Kegiatan seminar yang hanya dihadiri perwakilan dari siswa SD dan SMP di Desa Parungbanteng itu digelar dengan menerapkan protokol kesehatan, serta mendapat izin dari orang tua serta kepala desa setempat.
Tanissa mengatakan, kegiatan ini digelar untuk memberikan motivasi kepada anak-anak di Desa Parungbanteng, Kecamatan Sukasari, agar terus semangat melanjutkan pendidikan. Mahasiswi jurusan Pengembangan Masyarakat Islam itu bercerita, mayoritas pemuda di Desa Parungbanteng putus sekolah setelah lulus SMP atau sederajat. Untuk itu dirinya melakukan Kuliah Kerja Nyata mahasiswa Dari Rumah (KKN DR) Sistem Pendampingan Masyarakat (Sisdamas) di desa tersebut.
“Saya mendapat data di lapangan, banyak anak di Desa Parungbanteng yang putus sekolah dari mulai SD dan SMP. Alasannya diantaranya karena biaya, dan karena lebih tertarik kerja. Sedang bagi perempuan sudah menikah muda, dan bekerja menjadi ART di luar kota. Jadi semangat untuk melanjutkan pendidikannya relatif rendah,” tuturnya.
Terlebih, metode pendidikan daring yang selama pandemi dijalankan, sedikit banyak mempengaruhi motivasi belajar anak. Bahkan, ada peserta didik yang merasa bosan dengan pola pembelajaran online. Apalagi ditambah dengan pembelajaran jarak jauh atau daring, membuat semangat belajar semakin menurun. Hal tersebut dikarenakan, banyak kendala PJJ seperti, sulitnya sinyal dan keterbatasan siswa yang memiliki gawai di daerah tersebut,” beber mahasiswi yang berdomisili di Kecamatan Jatiluhur itu.
Dirinya menggelar kegiatan tersebut dibantu Komunitas Pencinta Alam Sukasari (Kompas) dan Osis SMPN 2 Parungbanteng. Tanissa menjelaskan, tantangan dunia pendidikan saat ini luar biasa. Dirinya takut ketika menghadapi situasi ini generasi ke depan seperti apa. Pasalnya, kuatir akan mengalami generasi yang kosong karena belum terbiasa pendidikan daring.
Ia mengaku sangat terharu dan senang ketika mendengar salah satu siswi di SMPN 2 Parungbanteng yang ingin melanjutkan pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi. “Saya senang ketika mendengar salah satu siswi SMPN 2 Parungbanteng yang bernama Lilis yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi,” pungkasnya. (gan)