Uncategorized

Tim Hiswana Migas Turun ke Lapangan

TIRTAMULYA, RAKA – Setelah dikabarkan adanya kelangkaan gas melon di Karangsinom beberapa hari lalu. Tim dari Hiswana Migas langsung turun ke lapangan untuk mengecek kondisi tersebut. “Ada orang Hiswana Migas turun ke sini,” kata Wakil Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Karangsinom, Junaedi, kepada Radar Karawang, Kamis (29/11).

Menurutnya, ramainya kelangkaan gas di Karangsinom karena berdasarkan laporan dan keluhan masyarakat, bahkan termasuk dirinya yang ikut mengalami kesulitan gas. Namun itu juga hanya di wilayah dusunnya. “Ya saya bicara karena kemarin emang sudah banyak yang ngomong juga dari warga termasuk saya juga merasakan. Tapi bukan di pangkalan Ayah. Karena kan beda, saya rumah sebelah sana beda dusunnya,” kata Enjun.

Ia juga mengatakan, yang perlu diperhatikan dan disoroti itu, pendistribusiannya. Jangan sampai pangkalan menjual ke luar desa sementara warga di desanya masih kekurangan pasokan gas tersebut. “Yang penting pendistribusiannya. Jangan sampai dijual sama orang luar gitu aja,” ujarnya.

Ade Supriyatna, salah seorang pemilik pangkalan di Desa Karangsinom membatah tudingan adanya permainan yang dilakukan oleh pangkalan. Karena selama ini ia selalu memiliki pasokan gas untuk dijual kepada warga karangsinom. “Kalau kabarnya di sini lagi langka itu nggak benar. Karena sekarang lagi banjir tuh banyak,” kata Ade.

Pemilik pangkalan yang biasa dipanggil Ayah itu, juga membantah jika dikabarkan bahwa pihaknya telah menjual dengan harga di atas HET dan dijual kepada warga di luar desa Karangsinom. “Saya menjual harga 16 ribu karena setiap pembelian juga menggunakan kartu dan tidak boleh untuk orang luar sini. Kalau tidak percaya silahkan aja tanya ke warga yang beli di sini. Saya juga tahu pangkalan itu tidak boleh menjual lebih dari Rp16 ribu,” ujarnya.

Dikatakan ayah, penjualan gas melon memang ada yang dijual dengan harga RP18 ribu. Namun itu juga bagi warga atau pengecer yang minta diantarkan ke rumahnya. “Emang ada yang Rp18 ribu. Tapi itu untuk yang diantarkan, Rp2 ribu-nya untuk ongkos dan yang kerjanya,” ungkapnya.

Ayah juga mengatakan, sebenarnya pengiriman gas untuk satu desa itu selalu diberikan lebih dari kebutuhan. Jika dalam suatu desa kebutuhannya mencapai 5 ribu tabung dalam satu bulan, pengiriman akan dilebihkan menjadi 5.500 tabung. Oleh karena itu jika sesuai dengan ketentuan maka tidak akan pernah ada kelangkaan. “Di sini kan pangkalan ada 2. Kontrak dengan agen perbulan 7.500 tabung. Agen Ayah 5.000 dan untuk agen sebelah sana 2.500. Tapi karena ada aturan baru Ayah juga sekarang dipisah, jadi 2 pangkalannya,” paparnya.

Untuk jatah penggunaan gas melon, kata Ayah, yaitu untuk satu rumah tangga diberikan jatah 4 dalam satu bulan. Namun kenyataannya, banyak juga yang membeli setiap hari. Hal itulah yang menurut Ayah menjadi penyebab kelangkaan. “Harusnyakan seminggu sekali. Tapi ada yang baru beli hari ini misalnya besok udah beli lagi. Itu yang membuat bingung.

Gak dikasih kan pasti marah. Padahal setiap orang yang beli saya catat termasuk tanggal pembeliannya juga,” katanya.
Sementara, saat Radar Karawang mendatangi pangkalan lain yang berada di lingkungan rumah Junaedi, pangkalan tersebut sedang tutup dan tidak ada yang bisa dikonfirmasi. (cr2)

Related Articles

Back to top button