PURWAKARTA

Kopi Khas Purwakarta Mulai Mendunia

PURWAKARTA, RAKA – Seorang warga Kampung Cimadang RT 30/06 Desa Pasirangin, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Darwita (60), memproduksi kopi hingga menembus pasar luar negeri. Dengan memanfaatkan lahan seluas 18 hektare di kaki Gunung Burangrang, Darwita berhasil meracik sebuah kopi Khas Gunung Burangrang yang diberi nama Permata Coffee Burangrang. Meskipun produksi dilakukan secara manual, namun mendapat tempat di kalangan pecinta kopi khususnya.

Darwita mengaku, sejak tahun 2017, dirinya mulai bertani kopi hingga sekarang. Tak disangka dari mulai menanam pohon kopi hingga menciptakan kopi secara otodidak itu, mendapatkan tempat di kalangan masyarakat pecinta kopi dari mulai daerah, luar daerah, Jawa, Bali, bahkan hingga ke luar negeri. “Alhamdulillah sampai saat ini dari hasil produksi Permata Coffee Burangrang sudah diekspor hingga Thailand, Malaysia Filipina dan juga Singapura. Untuk di Indonesia sendiri sudah sampai ke Surabaya, Pontianak, Makassar, Bali, Riau, Batam, Jawa Barat dan Jawa Tengah,” ucap Darwita, Senin (27/12).

Dijelaskannya, kopi yang diekspor ke luar negeri itu berupa grinbin dan untuk di Indonesia sendiri itu berupa kopi yang sudah jadi dalam satu kemasan. Untuk satu kemasan berisi 100 gram. “Kalau untuk ekspor keluar negeri itu tidak terlalu banyak, paling jumlahnya masih kiloan kalau untuk di kita sendiri paling dalam satu tahun 500 kilogram yang sudah jadi,” imbuhnya.

Untuk harganya sendiri, lanjut Darwita, kopi dijual dengan kemasan kemasan 100 gram dan jenis kopinya sendiri ada 4 varian dari mulai natural, wine, honey dan pulwos, kisaran harga Rp25 ribu hingga Rp40 ribu. “Per kemasan 100 gram, untuk yang natural dibandrol dengan harga Rp35 ribu, wine seharga Rp40 ribu, honey Rp30 ribu dan pulwos Rp25 ribu. Hasil omsetnya dari keempat varian per satu tahun masih sedikit belum banyak, paling mencapai Rp40 hingga Rp50 juta,” ungkap pria yang akrab disapa Abah Darwita itu.

Dia pun menjelaskan asal mula berkiprah ke dunia kopi, berawal dari berita bahwa Indonesia ini menduduki rangking ke-4 besar dunia penghasil kopi. Tapi, dirinya merasa miris saat mendengar berita, sebab pada kenyataanya bahwa orang Indonesia bukan peminum kopi asli. “Kebanyakan minum kopi yang sudah ada campurannya,” ungkapnya.

Dirinya berharap, dari berkebun kopi ini masyarakat Indonesia bisa memulai untuk meminum kopi asli, dari kelas masyarakat bawah hingga masyarakat kalangan atas. “Memang kopi asli itu sekarang mahal dari satu cangkirnya saja itu harganya Rp15 ribu,” imbuhnya.

Menurutnya, bukan soal mahal atau murahnya, tapi meminum kopi ternyata bisa membuat tubuh sehat. Sebab dari pengalamannya, meminum kopi yang bermerek di dalam dua minggu kolesterolnya naik, tetapi setelah mencoba minum kopi alami sehat-sehat saja. “Dari situlah saya memulai untuk menciptakan kopi yang alami dari mulai menanam pohonnya hingga memproduksinya secara manual,” katanya.

Darwita berharap, produksi kopinya bisa dinikmati oleh kalangan bawah maupun atas. “Kita berusaha untuk menyebarkan kopi asli ini dengan harga yang sangat terjangkau,” pungkasnya. (gan)

Related Articles

Back to top button